Panen dan Pasca Panen dalam Usaha Budidaya Tanaman Karet
Apr.25, 2010 in
Aspek Teknis Usaha, Pengetahuan Umum, Tips dan Triks Usaha, Usaha Perdagangan
Persiapan Panen
: Pemungutan hasil panen karet disebut penyadapan karet. Biasanya
penyadapan dilakukan pada saat pagi hari hingga pukul 07.30. Hal
tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya koagulasi pada lateks.
Pembuatan tempat penampungan hasil
(TPH). TPH dibuat untuk menampung hasil lateks dari kebun sebelum
diangkut ke pabrik. Satu TPH biasanya digunakan untuk menampung latek
dari luasan areal sadap 20 sampai 30 hektar. Pada lokasi TPH disediakan
bak/tangki penampung yang diletakan di atas, sehingga lateks yang
ditampung dapat langsung dimasukkan ke truk pengangkut.
Pembuatan jalan panen. Pembuatan jalan panen biasanya dibuat pada saat pekerja hendak melakukan penyadapan. Biasanya jalan panen di perkebunan hanya sederhana dan berupa jalan setapak, sehingga yang dibutuhkan hanyalah parang atau sabit untuk memotong rumput atau gulma yang mengganggu jalan yang akan dibuat.
Pembuatan jalan panen. Pembuatan jalan panen biasanya dibuat pada saat pekerja hendak melakukan penyadapan. Biasanya jalan panen di perkebunan hanya sederhana dan berupa jalan setapak, sehingga yang dibutuhkan hanyalah parang atau sabit untuk memotong rumput atau gulma yang mengganggu jalan yang akan dibuat.
Alat-alat panen.
Alat-alat panen yang perlu dipersiapkan adalah pisau sadap, mangkok
sadap, talang sadap, ember dan pengasah pisau. Pisau sadap, ember dan
pengasah pisau hanya disediakan untuk masing-masing tenaga penyadap,
sedangkan mangkok dan talang sadap harus disediakan untuk setiap
tanaman.
Kebutuhan tenaga panen.
Kebutuhan tenaga penyadap diperhitungkan dengan cara menghitung luas
lahan yang disadap per hari (tergantung frekuensi sadap yang digunakan).
Pada umumnya luas yang disadap per hari adalah 1/3 dari luas TM. Untuk
kebutuhan tenaga penyadap dapat dihitung dengan memperhatikan kemampuan
seorang penyadap dalam melakukan penyadapan dalam satu hari. Untuk lahan
datar 1 orang penyadap mampu menyadap seluas 1 hektar.
Pelaksanaan Panen
Kriteria matang sadap.
Kriteria matang sadap pada tanaman karet ditentukan oleh dua syarat
yaitu, (1) lilit batang (lingkar batang 1 meter di atas pertautan lebih
besar dari 45 cm dan (2) 60% dari populasi memenuhi syarat nomor 1.
Biasanya masa ini akan dicapai setelah tanaman berumur 5 tahun.
Hanca panen. Hanca panen
atau luas yang dipanen per hari sangat tergantung dari rotasi
eksploitasi yang digunakan. Pada umumnya tanaman karet disadap 3 hari
sekali, sehingga luas panen per hari kurang lebih 1/3 dari total luas
tanaman menghasilkan (TM). Untuk lahan yang datar, 1 orang penyadap
mampu menyadap seluas 1 hektar.
Rotasi panen. Lamanya
rotasi panen dilakukan tergantung luasan hanca panen. Semakin luas hanca
panen, maka rotasi panen semakin lama. Rotasi panen juga tergantung
pada berapa kali dalam seminggu dilakukan penyadapan.
Aturan teknis panen.
Setiap penyadap biasanya sudah berada di kebun pada pukul 05.00 untuk
melakukan persiapan-persiapan seperti : pembagian lokasi sadap,
pengecekan peralatan dan pengecekan kehadiran tenaga penyadap. Setiap
penyadap akan melakukan penyadapan pada hancanya sendiri (setiap
penyadap memiliki lokasi penyadapan masing-masing). Penyadapan dilakukan
dengan memotong kulit karet (setelah melepas lateks yang membeku pada
alur sadap) pada alur sadap yang telah ada serta memasang mangkok dan
pemberian anti koagulan (2 tetes) pada mangkok sadap. Anti koagulan ini
berfungsi untuk mencegah terjadinya pembekuan lateks sebelum sampai di
pabrik. Setelah seluruh hanca sadap di sadap (selesai pada pukul 07.30)
maka lateks ditunggu mengalir hingga pukul 11.00 dan selanjutnya lateks
dikumpulkan di TPH. Pada setiap penyadap akan dicatat volume lateks yang
terkumpul pada hari itu dan akan digunakan sebagai salah satu penentu
besarnya upah yang akan diterima.
Pengangkutan Hasil Panen
Setelah lateks hasil sadapan terkumpul
seluruhnya, selanjutnya lateks dari tangki penerimaan/pengumpulan yang
berada di lokasi tempat pengumpulan hasil di kebun, kemudian diangkut
dengan tangki pengangkut ke pabrik. Tangki pengangkut ada yang ditarik
dengan traktor, dan ada pula yang terpasang pada truk-truk tangki. Dalam
pengangkutan lateks ke pabrik harus dijaga agar lateks tidak terlalu
tergoncang dan terlalu kepanasan karena dapat berakibat terjadinya
prakoagulasi di dalam tangki. Dalam keadaan tertentu, lateks dalam
tangki tersebut perlu diberi obat anti koagulan.
Sarana angkutan. Sarana angkutan yang
digunakan untuk pengangkutan lateks dari kebun ke pabrik adalah truk
tangki dengan kapasitas biasanya antara 2.000 sampai 3.000 liter. Tangki
dibuat dari bahan alumunium dan dirancang sedemikian rupa sehingga
mudah dipasang dan dilepas dari alat penarik (truk/taktor) dan dengan
mudah dibersihkan. Jumlah truck yang diperlukan tergantung dari tingkat
produksi lateks yang dihasilkan per hari.
Sedapat mungkin harus diusahakan semua
lateks dapat diangkut ke pabrik pusat agar dapat dilakukan pencampuran
lateks dari semua bagian kebun dalam satu atau beberapa bak pencampur di
pabrik, sehingga dapat diharapkan hasil yang seragam. Jika keadaan
tempat memaksa untuk dilakukan koagulasi di kebun, jumlah lateks yang
dikoagulasi sedapat mungkin harus dibatasi.
Prasarana jalan. Prasarana jalan yang digunakan untuk pengangkutan lateks dari kebun harus cukup baik. Hal ini untuk menghindari terjadinya goncangan-goncangan selama pengangkutan yang dapat meningkatkan proses prakoagulasi. Oleh karena itu TPH biasanya diletakkan/berada di pinggir-pinggir jalan produksi.
Prasarana jalan. Prasarana jalan yang digunakan untuk pengangkutan lateks dari kebun harus cukup baik. Hal ini untuk menghindari terjadinya goncangan-goncangan selama pengangkutan yang dapat meningkatkan proses prakoagulasi. Oleh karena itu TPH biasanya diletakkan/berada di pinggir-pinggir jalan produksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar