Kamis, Maret 14, 2013

TANAMAN SAWIT MENGHASILKAN

Pemeliharaan TM (Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit)

BAHAN TRAINING

KELAPA SAWIT

TANAMAN MENGHASILKAN

Research and Development Division

Makin group

2005

I. INFORMASI UMUM
A. TUJUAN
Menghasilkan tanaman kelapa sawit dengan produktivitas maksimal dengan biaya produksi serendah mungkin dan mempertahankan produktivitas yang tinggi secara berkelanjutan dan menjaga perkebunan beserta infrastrukturnya dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan.
B. STANDAR
Tercapainya target produktivitas.
C. CATATAN
Pada saat tanaman kelapa sawit mencapai masa produksi (>3 tahun), sebagian besar biaya yang akan dibebankan pada tanaman selama masa hidupnya telah mulai dibayarkan kembali. Oleh sebab itu pengurangan standar pemeliharaan pada tahap ini tidaklah menguntungkan secara ekonomis dalam jangka panjang.
Tanaman harus dipelihara dengan baik selama 25 tahun dan biaya pengelolaan yang baik akan tertutup oleh produktivitas yang tinggi sampai tanaman tersebut di-replanting.
II. SENSUS POHON DAN PEMBUATAN PETA POHON
A. SENSUS POHON
1. TUJUAN
Mengumpulkan data tiap blok: tanaman mati, sisipan/Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), titik tanam kosong, tanaman tidak produktif/abnormal.
2. STANDAR
Jumlah pohon hidup didata secara akurat, diperbaharui tiap tahun dan disimpan dalam data base Agronomi.
3. PERALATAN & BAHAN
Hard cover, ballpoint 4 warna, formulir sensus pokok, formulir rekapitulasi, kotak penyimpanan hard cover, rak penyimpanan file sensus dan map peyimpanan file sensus setiap blok.
4. PROSEDUR
a. Sensus dimulai dari barisan blok sebelah Barat kemudian menuju barisan blok sebelah Timur pada setiap Afdeling.
b. Kepala Afdeling/Mantri Sensus/Kepala Mandor mengancakan penyensus pada blok yang akan disensus agar antara penyensus tidak tumpang tindih kerjanya.
c. Sensus dimulai dari ujung blok sebelah Barat pada setiap bloknya.
d. Penyensus bergerak dari nomor barisan (pasar rintis) yang terkecil menuju ke besar.
e. Setiap penyensus mengamati satu pasar rintis (dua baris tanaman), bergerak dari collection ke collection berikutnya, kemudian berbalik dan pindah ke pasar rintis berikutnya, demikian seterusnya sampai barisan terakhir sesuai dengan nomor yang ada di formulir sensus.
f. Apabila ada blok-blok yang bentuk dan ukurannya berbeda dari standar, agar Kepala Afdeling/Mantri Sensus/Kepala Mandor mengatur sesuai dengan bentuk dan ukuran blok tersebut atau menggunakan formulir yang disesuaikan dengan bentuk dan ukuran blok.
g. Apabila di depan pokok ditemukan sungai/alur/parit/cekungan, agar diberi tanda garis biru. Apabila di depan pokok ditemukan daerah hutan/semak agar diberi tanda garis merah.
h. Setelah sensus dilakukan, hasilnya dibawa ke kantor afdeling untuk diteruskan kepada Estate Manager.
5. FREKUENSI & WAKTU
Sensus rutin populasi tanaman diperlukan pada tahap:
a. Selama penanaman (untuk memetakan titik tanam dengan menggunakan kertas isometrik (lihat Lampiran 3)
b. 6 bulan setelah pemanenan pada suatu areal (untuk menentukan jumlah dan distribusi tanaman produktif), dan
c. Satu kali setahun (untuk memonitor jumlah tanaman produktif per tahun).
6. NORMA
Aktivitas hk/ha
Semua sensus 0.13
B. PEMBUATAN PETA POHON
1. TUJUAN
a. Membuat peta keadaan pohon di lapangan saat tanaman siap panen.
b. Menyediakan peta dasar untuk kegiatan sensus berikutnya.
c. Membantu menentukan apakah tanaman siap untuk dipanen.
2. STANDAR
Peta pohon menunjukkan titik yang tidak ditanami, TBM, Tanaman Menghasilkan (TM), jalan, jembatan, sungai, kenampakan topografi seperti rawa, perbukitan, dll.
3. PERALATAN & BAHAN
Tinta dan pensil khusus untuk menggambar, meja gambar, rak peta dan mesin hitung.
4. PROSEDUR
Lapangan disurvei setelah penanaman, kemudian tiap tanaman diklasifikasikan sebagai TM (lingkaran), TBM/sisipan (titik) (lihat Sensus Pohon). Hasilnya digunakan untuk menentukan apakah tanaman tersebut siap untuk dipanen.
Luas blok kemudian dihitung dengan cara membagi jumlah titik yang dapat ditanami dengan kerapatan tanaman. Luas blok berdasarkan titik tanam (bukan luas aktual) digunakan untuk menghitung produksi dan dimasukkan ke dalam data dasar agronomi.
5. FREKUENSI & WAKTU
Sekali dan diperbaharui setiap tahun. Sensus dan pemetaan dilakukan segera setelah tanam dan diperbaharui tiap 3 bulan setelah rotasi penanaman.
6. NORMA
Satu tim (2 orang)  20 – 30 ha/hari.
III. PENUNASAN TANAMAN
A. TUJUAN
1. Menjaga tajuk tanaman yang sehat secara penuh dengan cara membuang pelepah yang berlebihan, mati, rusak atau terserang penyakit.
2. Mempertahankan luas daun optimal untuk fotosintesis
B. STANDAR
Kelebihan pelepah ditunas sesuai standar dengan Indek Luas Daun (ILD) optimum. Daun yang menghalangi kegiatan pemanenan dan yang tidak dibuang selama pemanenan juga ditunas.
C. PERALATAN
1. Dodos  7.5 cm disambung pipa besi/tangkai kayu  4 cm
2. Egrek (tinggi pohon  4 m)
3. Batu asah
D. PROSEDUR
1. Pada tanaman muda yang pemanenannya masih menggunakan dodos, penunasan harus dilakukan dengan memotong seluruh pelepah yang berada di bawah 3 lingkaran daun di bawah tandan yang akan dipanen berikutnya.
2. Pada pemanenan yang dilakukan dengan menggunakan egrek, 1 – 2 lingkaran pelepah daun di bawah tandan yang akan dipanen berikutnya harus dipertahankan.
3. Serabut-serabut atau tapas pada pangkal yang mengganggu kegiatan panen dan mempersulit pengumpulan brondolan harus dibuang dengan menggunakan dodos (tinggi tanaman <4 m) atau egrek (tinggi tanaman  4 m).
4. Tanaman saprofit (seperti perdu dan kayuan) yang tumbuh pada pangkal pelepah cukup lebat dan mengganggu kegiatan panen, dibersihkan dengan menggunakan egrek.
5. Tanaman-tanaman yang tumbuh lebih pesat seperti Ficus spp dan parasit harus dibuang dan diracun jika tanaman-tanaman ini telah berkembang di pohon.
6. Tanaman steril merupakan tanaman yang tidak produktif tetapi untuk menjaga agar pemeliharaan dilakukan secara konsisten maka tanaman ini harus ditunas seperti halnya tanaman normal lainnya sampai tanaman tersebut diracun dan ditebang.
Umur tanaman (thn) Pelepah yang dipertahankan*
12 1
* Jumlah pelepah di bawah tandan terbawah
E. FREKUENSI & WAKTU
Setahun sekali saat produksi rendah.
F. NORMA
Aktivitas hk/ha
Penunasan ringan 0.3 – 0.4
Penunasan berat 1.1 – 1.3
* Norma di atas termasuk penyusunan pelepah dan seresah
IV. PENGENDALIAN GULMA
A. KIMIA
1. TUJUAN
a. Menyediakan akses panen, pengumpulan buah, pemupukan, penunasan dan pemeriksaan.
b. Mengurangi kompetisi gulma dalam penggunaan hara, air dan cahaya matahari
2. STANDAR
Pengendalian semua gulma di piringan, sepanjang jalan panen dan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)
3. PERALATAN
a. Unit semprot herbisida (knapsack sprayer dan Controlled Droplet Applicator (CDA))
b. Ember (bertanda “Khusus Herbisida”), alat ukur volume
c. Perlengkapan keselamatan untuk para pekerja (sepatu boat, kaos/baju lengan panjang, masker, sarung tangan dan topi).
4. BAHAN
Herbisida dan bahan pelekat/surfaktan, air bersih
5. PROSEDUR
Lihat kondisi lapangan. Herbisida yang digunakan sesuai jenis gulma.
Petugas semprot berjalan menyemprot jalan panen pertama kemudian menyemprot piringan terdekat (misal sebelah kiri) kemudian kembali lagi melanjutkan menyemprot jalan panen, pindah ke piringan sebelah kanan jika sudah dekat. Setelah itu melanjutkan menyemprot jalan panen lagi. Begitu seterusnya hingga batas blok. Hal ini dikerjakan hingga seluruh blok terselesaikan.
Petugas semprot harus berjalan dengan kecepatan tetap sepanjang jalan panen dan sekitar pohon (piringan) sehingga alat semprot mengeluarkan herbisida yang sama banyaknya. Kepala alat semprot tidak boleh diayun ke kiri dan ke kanan, tetapi diarahkan terus ke depan operator pada ketinggian tertentu.
Jika terjadi kerusakan atau kebocoran alat, operator harus berhenti bekerja dan segera melapor ke mandor sehingga alat semprot tersebut dapat diperbaiki atau diganti.
Alat semprot knapsak dan CDA
Pengaturan Knapsak CDA
Tipe nozzle
Tekanan
Ketinggian nozzle
Lebar semprotan
Kecepatan alir
Kecepatan berjalan AN 2.0
Rendah
0.4 m
1.6 m
1.2 L/dt
1.0 m/dt ‘Herbi’ blue
n/a
0.4 m
1.2 m
1.7 ml/dt
1.0 m/dt
6. FREKUENSI
2 bulan sekali (6 rotasi/thn)
Frekuensi penyemprotan dipengaruhi oleh kerapatan gulma dan umur tanaman
7. WAKTU
Setelah pengendalian gulma secara manual
Jenis gulma Jenis Herbisida Dosis/ha
Legume Cover Crop (LCC) dan rumput-rumputan Round Up 480 AS +
Starane 400 cc
100 cc
Daun lebar dan pakis Gramoxone +
Ally 250 cc
20 g
8. DOSIS
9. NORMA
Catatan perkembangan kerja harian.
Umur tanaman (thn) Volume campuran herbisida/hk
Knapsack sprayer
2 – 6
>6
CDA
>6
240 – 280
280 – 340
50 – 60
B. MANUAL
1. TUJUAN
a. Mendorong pertumbuhan tanamanan kelapa sawit melalui pengaruh kompetisi gulma dalam hal pemakaian hara, air dan cahaya
b. Menjaga dan memelihara kesuburan tanah melalui pemeliharaan LCC
c. Mencegah berkembangnya gulma kayu-kayuan.
d. Memelihara gulma-gulma bermanfaat
2. STANDAR
Pembongkaran dan pembersihan gulma : kayu-kayuan, berakar dalam dan yang akarnya mampu tertahan lama di tanah.
3. PERALATAN
Dodos ukuran  7.5 cm, batu asah dan parang babat
4. PROSEDUR
1) Mandor memeriksa blok tersebut sehari sebelumnya untuk menentukan normanya.
2) Gulma yang akarnya sulit dicabut dipotong sedikit di bawah permukaan tanah dengan dodos.
3) Rumput-rumputan dibabat sebagai persiapan penyemprotan gulma
5. FREKUENSI
6 bulan sekali (2 kali/tahun)
6. WAKTU
a. Rotasi I April – Mei
b. Rotasi II Oktober – November
7. NORMA
Kondisi gulma hk/ha
Ringan 0.1 – 0.2
Berat 0.3 – 0.5
Untuk tujuan perencanaan, manajemen harus melihat kondisi lapangan 2 – 3 minggu sebelum pekerjaan dilaksanakan.
C. GULMA PERAMBAT
1. TUJUAN
Memberantas semua tanaman yang merambat di tanah maupun ke pohon yang bersaing dalam pemanfaatan sinar matahari, air dan unsur hara.
2. STANDAR
Semua jenis gulma perambat dan LCC yang merambat di piringan dan di pohon harus diberantas.
3. PERALATAN
Tongkat kayu (150 cm x 4 cm) untuk menyangga dan menyongkel daun bawah.
4. PROSEDUR
Tongkat untuk mengangkat daun kelapa sawit dan menarik keluar tanaman perambat.
5. FREKUENSI
Sesuai keperluan atau setiap 6 bulan.
6. WAKTU
Sebelum musim hujan setiap tahunnya.
7. NORMA
Kondisi gulma hk/ha
Ringan 0.3 – 0.5
Berat 2.0 – 3.0
D. PIRINGAN
1. TUJUAN
Piringan bersih sehingga pengumpulan brondolan efisien.
2. STANDAR
Jarak 1.8 m dari pangkal batang bersih dari gulma, seresah dan kentosan.
3. PERALATAN
Alat garuk yang kuat
4. FREKUENSI & WAKTU
Setahun sekali selesai penunasan.
5. NORMA
Aktivitas hk/ha
Garuk piringan 0.2
V. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
A. PEMANTAUAN
1. TUJUAN
Mendeteksi ledakan hama dan penyakit secara dini, sehingga pengendalian cukup dilakukan pada areal yang kecil.
2. STANDAR
Petugas harus mencatat kerusakan akibat hama dan penyakit, termasuk: tikus, babi hutan, serangga pemakan daun dan kumbang. Tanaman terserang crown disease dan ganoderma juga dicatat.
3. PROSEDUR
Dimulai di awal bulan
Pohon Kesatuan Contoh Daun (KCD) digunakan untuk pengamatan. Jika ada ledakan ditambahkan 6 pohon sekitar KCD.
Petugas mencatat hama, penyakit dan lain-lain pada tanaman KCD, hasilnya diringkas diserahkan kepada manajer untuk dasar rekomendasi pengendalian.
4. FREKUENSI & WAKTU
Sebulan sekali.
5. NORMA
Aktivitas hk/ha
Pengamatan rutin* 0.02 – 0.03
*1% pohon contoh terhadap total pohon
B. PENGENDALIAN
1. HAMA
a. Tikus
1) TUJUAN
Meminimalkan kehilangan dan kerusakan buah yang disebabkan oleh tikus.
Mengendalikan ledakan tikus segera jika kerusakan mencapai 3 %.
2) STANDAR
Kerusakan buah 3%.
a) AG II tidak digunakan jika bersamaan dengan burung hantu.
b) Umpan diletakkan di setiap pohon di pangkal batang dekat jalan panen.
c) Seluruh areal terserang harus diberi umpan
d) Penggantian umpan : interval tiap 7 hari (1 rotasi) untuk AG II dan 3 – 4 hari untuk AG I sampai jumlah umpan yang hilang berkurang dibawah 20% atau serangan baru tikus turun dibawah 3%.
5) FREKUENSI & WAKTU
Berdasarkan hasil sensus dan pengamatan di lapangan.
6) NORMA
Aktivitas hk/ha
Pengumpanan awal 0.05 – 0.07
Pengumpanan susulan 0.05 – 0.03
7) CATATAN
Tikus merusak tandan dengan menggigit atau menggerogoti ujung biji dan kernel. Hal ini akan meningkatkan kandungan asam lemak bebas dan menyebabkan infeksi jamur pada biji yang rusak tersebut.
Tikus memakan larva dari serangga penyerbuk dan dapat menyebabkan kerusakan pada bunga jantan.
Burung hantu dan burung predator lainnya diusahakan untuk bersarang dan berkembang pada pertanaman. Burung hantu jenis Tyto alba dapat dipesan dan dikembangkan pada kotak sarang di dalam perkebunan. Untuk setiap 30 ha/blok pertanaman diperlukan satu kotak sarang burung hantu.
Beberapa jenis racun tikus ‘anticoagulant’ dapat berakibat buruk terhadap burung hantu dan binatang pemakan tikus lainnya. Oleh sebab itu pemilihan secara hati-hati, monitoring dan beberapa saran professional diperlukan untuk menentukan jenis umpan dan tingkat keracunan yang disebabkannya.
Penggunaan dan penempatan umpan harus dimonitor secara hati-hati untuk menjamin bahwa pekerja mengaplikasikan umpan tersebut secara benar dan tidak membawa pulang untuk keperluan rumah tangga mereka. Pengecekan penggunaan umpan untuk setiap hektar harus dilakukan setiap hari.
Jika serangan tikus juga terjadi pada areal pemukiman, pengendalian dengan umpan beracun harus juga dilakukan pada saat yang sama pada pertanaman. Jaga agar umpan beracun ini tidak terjangkau oleh anak-anak.
Kerusakan yang terjadi sebelumnya mungkin lebih besar dari yang diperkirakan berdasarkan pengamatan pekerja. Tikus tidak suka makan pada lokasi yang terbuka dan biasanya tikus akan membawa makanan ke tumpukan dedaunan atau ke puncak tandan yang sedang berkembang untuk dimakan. Oleh sebab itu pengamatan di bawah tumpukan daun sering menunjukkan adanya biji buah yang telah dimakan oleh tikus.
Pada saat melaksanakan program pengendalian dengan menggunakan umpan, agar dilakukan juga pemberian umpan di daerah penyangga setidaknya satu blok di sekeliling ateal yang terserang berat, karena tikus dapat bergerak dalam jarak yang cukup jauh untuk mencari makanan.
b. Serangga
1) TUJUAN
Mendeteksi adanya serangan hama serangga sebelum pengendalian dalam skala luas, strategi pengendalian yang efektif dan meminimalkan kerugian ekonomis.
2) STANDAR
Pengamatan rutin dari pemantauan hama dan penyakit harus dilaporkan adanya ledakan serangga hama secara dini sebelum terjadi kerusakan serius, sehingga areal yang memerlukan pengendalian masih relatif kecil.
3) PERALATAN
a) ‘Chainsaw’ dilengkapi dengan bor dan alat perawatannya
b) 12 atau lebih mata bor (drill) ukuran 25 mm
c) 2 pengasah mata bor
d) Alat penembak (auto drenching gun)
e) Corong, alat ukur volume, tongkat/kayu pencampur bahan kimia.
f) Egrek panen untuk membuang tapas dan bekas pelepah
g) Alat keselamatan kerja untuk pekerja pencampur dan penyemprot bahan kimia.
h) Alat semprot, Mist Blower, Fogger dll.
4) BAHAN
Insektisida, bahan bakar untuk ‘chainsaw’ , oli untuk bor dan rantai ‘chainsaw’
5) PROSEDUR
Pengendalian hama dilakukan jika terjadi ledakan hama secara ekonomis merugikan umumnya dengan insektisida sistemik (misal ‘monocrotophos’) melalui injeksi batang.
Pengendalian hama terpadu (PHT)
PHT dilakukan dengan menerapkan kebersihan kebun, pengendalian gulma secara tepat, dan merangsang berkembangnya musuh alami hama serangga.
a) Kebersihan kebun
Kembangkan teknik pengelolaan yang baik untuk merangsang pelapukan vegetasi, tunggul dan batang kelapa sawit secara cepat.
Bersihkan tempat berkembangnya hama (breeding site), misalnya kumbang ‘rhinoceros’ berkembang pada tanaman roboh maupun batang tanaman yang telah ditumbangkan.
Kendalikan tanaman inang alternatif yang mungkin menjadi tempat berkembangnya hama.
Rangsang berkembangnya musuh alami dengan pengelolaan gulma yang tepat.
Jaga agar saluran air tetap bersih.
b) Pengelolaan gulma
Jangan memberantas semua gulma (misalnya dengan menerapkan kebijakan permukaan tanah bersih dari gulma) pada tanaman dewasa karena beberapa spesies gulma mampu menyediakan lingkungan yang menguntungkan bagi berkembangnya predator dari serangga hama.
Bersihkan gulma perambat dan gulma yang menutup tanaman kelapa sawit karena hal ini akan memberikan perlindungan dan tempat bersembunyi hama.
c) Pengendalian secara biologis
Pengelolaan vegetasi dan kebersihan yang tepat akan merangsang perkembangan musuh alami hama kelapa sawit.
Insektisida biologi seperti Bacillus thuringiensis akan mampu mengendalikan hama dengan sedikit akibat sampingan terhadap hama lainnya yang tidak dikehendaki. Pemakaian produk seperti ini sedang meningkat dan jika memungkinkan dapat diterapkan pada kebun kelapa sawit.
Nama Dagang Bahan Aktif (UI/mg) Dosis/ha (g)
Bactospiene WP
Condor 70 S
Delfin WDG
Dipel WP
Florbac FC
Thuricide HP B.t 16.000
B.t 32.000
B.t 56.000
B.t 16.000
B.t 7.500
B.t 16.000 500
500
300
500
500
500
Pengendalian Serangga
(1) Injeksi batang
Injeksi batang dapat diterapkan jika ledakan serangga memerlukan pengendalian.
Injeksi batang merupakan metode terbaik pada waktu terjadi ledakan hama serangga.
Injeksi batang dengan menggunakan insektisida sistemik (misal ‘monocrotophos’) telah berhasil digunakan pada beberapa tahun terakhir untuk mengendalikan serangga penggerek dan pemakan daun (misal ‘tussock moth’ , ulat kantong dan ulat api).
Penerapan metode ini sangat efektif khususnya untuk pengendalian ulat kantong (serangganya terlindung di dalam kantong) dan untuk pengendalian ulat pemakan daun.
Injeksi batang sangat efektif, cepat dan sederhana untuk diterapkan serta mempunyai pengaruh yang kecil terhadap jenis serangga lainnya.
(a) Untuk mempermudah operator mengebor batang maka pangkal pelepah dibersihkan dengan menggunakan dodos (tanaman dibawah 10 tahun).
(b) Dengan menggunakan bor ‘chainsaw’, operator membuat lubang dengan kedalaman 25 cm pada batang.
(c) Lubang tersebut mempunyai diameter 20 mm letaknya setinggi dada miring ke bawah dengan sudut 300 dengan kedalaman 20 – 25 cm. Insektisida sistemik dengan dosis tertentu kemudian diinjeksikan dengan menggunakan alat penembak. Alat penembak ini dimodifikasi dengan sekat neoprene dan ‘O-ring’ untuk menghindari kerusakan akibat insektisida.
(d) Lubang secepatnya ditutup dengan menggunakan campuran lumpur atau serbuk gergaji. Jangka waktu antara injeksi insektisida dengan penutupan lubang harus tidak melebihi 2 menit untuk mencegah berkurangnya efikasi insektisida yang digunakan.
(e) Mata bor dipertajam dengan menggunakan alat pengasah setiap selesai digunakan untuk mengebor 30 tanaman.
Insektisida untuk injeksi batang
Nama Dagang Bahan Aktif (%) Umur Tanaman (tahun) Jumlah Lubang/
pohon Dosis/ Lubang
(ml) Dosis/Pohon (ml)
Azodrin 150 WSC
Tamaron 200 LC
Azodrin 600 WSC Monokrotofos 15
Methamidiphos 20
Monokrotofos 60 15
15 2
1
1
2
1
1 15
30
45
7.5
10
15 30
30
45
15
10
15
(2) Penyemprotan
Knapsak dilengkapi dengan nozzle yang khusus digunakan pada tekanan tinggi untuk menyemprotkan insektisida pada tanaman kelapa sawit. Tangkai semprot yang diperpanjang dapat disambung ke alat semprot ini untuk digunakan menyemprot insektisida pada areal yang tidak terjangkau (misalnya tandan buah pada kelapa sawit yang tinggi).
Alat penyemprot kabut digunakan untuk melakukan penyemprotan pada areal yang luas atau agar menyelimuti tanaman kelapa sawit yang cukup tinggi. Alat penyemprot kabut ini dapat diletakkan pada kendaraan tetapi biasanya satu tim pekerja menggunakan alat yang dapat dipindah-pindahkan. Metode aplikasi insektisida ini sangat efektif dalam mengendalikan hama, namun spesies yang bukan sasaran (misalnya predator dan parasit hama) juga terpengaruh, sehingga biasanya dapat menyebabkan ledakan hama yang lebih berat. Oleh sebab ini pengendalian serangga dengan menggunakan penyemprot kabut hanya digunakan sebagai alternatif terakhir.
Insektisida untuk penyemprotan hama
Jenis Hama Nama Dagang Dosis/ha Konsentrasi Formulasi (%)
EPS PKS MB
Ulat Api
S. asigna
S. nitens
D. trima
P. diducta
Ulat Kantong
M. corbetti
M. plana
M. pendula
Decis 2.5 EC
Matador 25 EC
Buldok 25 EC
Cymbush 50 EC
Dipterex 95 Sp.
Orthene 75 Sp.
200 ml
200 ml
225 ml
500 ml
750 g
650 g
0.03
0.03
0.04
0.06
0.125
0.10
0.05
0.05
0.05
0.125
0.2
0.16
0.13
0.13
0.15
0.33
0.5
0.43
Keterangan :
EPS = Engine Power Sprayer
PKS = Pneumatic Knapsack Sprayer
MB = Mist Blower
(3) Pembasahan tanaman dan tanah
Aplikasi insektisida ke dalam tanah dapat digunakan untuk mengendalikan hama seperti semut dan rayap yang menjadi masalah terutama pada tanah gambut.
Insektisida untuk pengendalian rayap
Nama Dagang Bahan Aktif Dosis Aplikasi
Bahan Aktif (%) Formula (ml/L)
Dursban 20 EC
Lentrex 400 EC
Termiban 400 EC
Regent 50 EC
Rope 25 EC Chlorpyriphos
Chlorpyriphos
Chlorpyriphos
Fipronil
Fipronil 0.25
0.25
0.25
0.0125
0.0125 12.5
6.25
6.25
2.5
5.0
(4) Penyemprotan udara
Penyemprotan udara dapat digunakan untuk mengendalikan ledakan hama yang berat dalam areal yang sangat luas secara cepat.
Namun demikian penyemprotan udara menggunakan pesawat ini sangat mahal dan dapat menghancurkan spesies yang bukan sasaran (misal musuh alami).
Metode ini memerlukan lapangan udara, fasilitas untuk membawa bahan kimia serta persediaan air bersih yang cukup banyak. Beberapa perkebunan tidak mempunyai operator penyemprotan udara yang dekat sehingga biaya transportasi pesawat ke kebun sangat tinggi.
Penyemprotan udara biasanya merupakan pilihan terakhir atau teknik aplikasi insektisida dalam keadaan darurat.
(5) Pengutipan secara manual
Pada tanaman muda beberapa serangga dapat terlihat jelas dan dapat dikumpulkan secara manual dari bagian tanaman yang masih bisa dijangkau dan meliputi areal yang sempit.
Pada tanaman dewasa, pengumpulan/pengutipan serangga secara manual memerlukan tenaga yang besar, lambat dan cukup mahal. Pengendalian serangga dengan cara ini pada skala luas sering tidak efektif.
6) FREKUENSI DAN WAKTU
Setelah pengamatan menunjukkan populasi melebihi ambang yang dapat menurunkan produksi secara ekonomis yaitu melebihi 5 % serangan maka pengendalian harus segera dilakukan.
Waktu pengendalian serangga ditentukan oleh ledakan hama tetapi beberapa catatan berikut perlu diperhatikan :
a) Jika serangga hama tersebut adalah ulat (misalnya ‘tussock moth’ atau ulat kantong), dan serangannya tidak menyebabkan kerusakan yang nyata maka perlu ditunggu dan dipantau keadaannya sampai 1 atau 2 minggu. Hal tersebut disebabkan bahwa populasi musuh alami memerlukan waktu untuk dapat meningkat jumlahnya sehingga cukup untuk mempengaruhi populasi hama.
b) Jangan menjadwalkan penyemprotan serangga atau injeksi batang selama musim basah atau musim kering dimana efikasi insektisida mungkin turun.
7) NORMA
Pekerjaan hk/ha
Pengumpulan secara manual
Pembasahan*
Semprot-tangkai diperpanjang
Semprot-knapsak
Mistblower-digendong
Mistblower-kendaraan
Injeksi batang 2.0
0.3
0.5
0.05
0.03
0.01
0.1
Penyemprotan udara Tidak dapat diterapkan
Pengendalian biologis Tidak dapat diterapkan
* Pembasahan tanah atau tanaman. Pembasahan tanah didasarkan pada tanaman muda karena cara ini tidak sesuai untuk tanaman yang tinggi.
8) JENIS SERANGGA HAMA DAN PENGENDALIANNYA
No Nama Hama Gejala Nama Ilmiah Pengendalian
1 Belalang Ujung daun rusak Valanga nigricornis Semprot kabut dengan malathion 1.5 – 2.0 ml/L air
No Nama Hama Gejala Nama Ilmiah Pengendalian
2 Kumbang Tanduk Tajuk hancur, produksi daun terganggu dan kerdil Oryctes rhinoceros, Scapanes spp Mempercepat pelapukan vegetasi dan pembangunan LCC, pembasahan pucuk dengan ‘lindane/chlorpyrifos’, aplikasi pucuk dengan Furadan 3G : 15 – 20 g/phn, Marshal 5G 10 g/phn
No Nama Hama Gejala Nama Ilmiah Pengendalian
3 Tussock moth Daun berlubang/bergerigi Dasychira sp., Orgyia sp. Injeksi batang dengan monocrotopos, aplikasi Bacillus thuringiensis
No Nama Hama Gejala Nama Ilmiah Pengendalian
4 Ulat kantong Daun berlubang dan pupa seperti kantong menggantung Mahasena corbetti, Metisa plana, Pteroma pendula pengendalian biologis, injeksi dengan monocrotopos
No Nama Hama Gejala Nama Ilmiah Pengendalian
5 Ulat pemakan daun Pada serangan berat daun tinggal lidi Darna trima, Ploneta diducta, Setora nitens, Thosea spp. pengendalian biologis, injeksi dengan monocrotopos
No Nama Hama Gejala Nama Ilmiah Pengendalian
6 Belalang (sexava) Kerusakan di pinggir daun, serangan berat daun habis. Anak dan serangga dewasa makan pelepah Segestes decoratus, Segestidae defoliaria Injeksi dengan monocrotophos dan methamidiphos, PHT
2. PENYAKIT
a. TUJUAN
Mendeteksi ledakan penyakit sebelum serangan meluas dan melakukan pengendalian yang efektif.
Meminimalkan kehilangan produksi akibat penyakit.
b. STANDAR
Penyakit harus dicegah dengan kebersihan kebun, ledakan penyakit harus dapat dideteksi secara awal.
Petugas harus mencatat kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh penyakit.
c. PERALATAN & BAHAN
1) Buldoser/excavator hidrolik
2) Truk untuk membuang tanaman sakit
3) Alat injeksi batang
4) ‘Chain saw’/kapak untuk memotong daun
5) Alat keselamatan kerja untuk pekerja pencampur dan penyemprot bahan kimia
6) Korek api
d. PROSEDUR
1) Pengamatan
Identifikasi ledakan penyakit dan masalah yang timbul secara cepat sehingga kegiatan pengendalian dapat dilakukan secara tepat.
2) Pengelolaan kebersihan
Cek kebersihan bahan tanaman yang akan dibeli berikut pohon induknya. Identifikasi persilangan yang peka terhadap penyakit dan jangan menggunakan tanaman tersebut.
Terapkan prosedur baku di kebun untuk mempercepat proses pelapukan vegetasi, tunggul dan batang kelapa sawit.
Buang dan hancurkan tempat yang potensial untuk perkembangan inokulum (misal bekas tanaman tua).
Jaga saluran drainase dan parit agar tetap bersih.
3) Pengelolaan inang penyakit
Kendalikan inang alternatif bagi penyakit, dan jaga kebersihan tanaman.
4) Pembasahan tanaman
Pembasahan atau penyiraman pestisida pada tanaman hanya efektif pada pembibitan kelapa sawit dan tanaman muda tetapi tidak praktis untuk tanaman besar. Teknik ini digunakan jika pucuk daun terserang penyakit atau untuk mengobati luka setelah tanaman dibedah.
Jenis pestisida untuk pembasahan tanaman
Nama Dagang Bahan Aktif Dosis/L air
Bakterisida
Benlate
Regent Streptomycin
Benomil
Fipronil 2.0 g
2.0 g
2.5 ml
5) Injeksi batang
Injeksi batang dengan menggunakan fungisida masih pada tahap penelitian untuk mengendalikan penyakit. Tanaman yang menunjukkan gejala penyakit yang lanjut dan tidak dapat disembuhkan lagi harus diracun dan dibongkar.
6) Penyemprotan
Alat semprot knapsak yang dilengkapi dengan nozzle ‘hollow cone’ dan digunakan pada tekanan yang tinggi dapat digunakan untuk menyemprot penyakit pada tanaman dewasa. Tangkai tambahan yang dilekatkan pada alat penyemprot knapsak dapat digunakan untuk aplikasi fungisida pada bagian tanaman yang tidak terjangkau (misal tandan pada tanaman kelapa sawit yang tinggi).
7) Pengendalian secara biologis
Pengendalian penyakit secara biologis masih pada tahap penelitian untuk tanaman kelapa sawit dan belum dapat digunakan secara luas.
8) Pembedahan tanaman
Pembedahan tanaman untuk membuang bagian tanaman yang terserang penyakit banyak digunakan pada masa lalu tetapi hal ini tidak ekonomis untuk skala yang luas.
e. FREKUENSI DAN WAKTU
Adanya serangan yang secara ekonomis merugikan.
f. JENIS PENYAKIT DAN PENGENDALIANNYA
No Nama Hama Gejala Nama Ilmiah Pengendalian
1 Penyakit tajuk (Crown Disease) Tajuk coklat kemerahan, pelepah bengkok genetis Potong pucuk dekat pangkal, olesi fungisida Derosal (bahan aktif : karbendazim) 2ml/L air
No Nama Hama Gejala Nama Ilmiah Pengendalian
2 Penyakit ‘wither tip’ Daun belum membuka: luka bulat/oval, pinggir coklat pucat melingkari coklat gelap Fusarium spp Memotong pucuk tanaman yang terinfeksi dan menyemprot dengan fungisida Dithane M 45 80 WP 0.2%
No Nama Hama Gejala Nama Ilmiah Pengendalian
3 Busuk pucuk Pucuk tanaman busuk, warna coklat, basah, bau tidak sedap. Kumbang ‘Oryctes’ Bahan tanam baik, pengendalian serangga, kebersihan
No Nama Hama Gejala Nama Ilmiah Pengendalian
4 Busuk tandan buah Permukaan buah ada miselium warna putih, jaringan busuk warna coklat muda basah Marasmius palmivoris Menjaga kebersihan, buah yang terserang dikumpulkan dan dimusnahkan.
No Nama Hama Gejala Nama Ilmiah Pengendalian
5 Busuk batang atas Tajuk tanaman roboh, batang busuk Phellinus noxius Tanaman dibongkar dan dibakar.
No Nama Hama Gejala Nama Ilmiah Pengendalian
6 Busuk pangkal batang Bercak kuning pada pelepah muda, daun jatuh & menggantung, di bagian batang muncul sporopora putih kemudian jadi jamur coklat gelap Jamur Ganoderma Seluruh bagian tanaman yang terinfeksi dimusnahkan keluar kebun.
No Nama Hama Gejala Nama Ilmiah Pengendalian
7 VWD Antara pelepah ke-4 dan ke-15 berwarna kuning terang, ujung daun mengering dan mati Fusarium oxysforum Benih bebas penyakit dan menjaga kebersihan.
VI. PEMELIHARAAN DAN KALIBRASI ALAT SEMPROT
A. PEMELIHARAAN
TUJUAN
Untuk aplikasi herbisida dan pestisida di lapangan secara aman, efektif dan tepat.
Alat semprot CDA (Controlled Droplet Applicator) menghasilkan pola semprotan yang lebih rata, volumenya lebih rendah (irit) sehingga aplikasi herbisida dapat dilakukan lebih efektif dibandingkan dengan alat semprot knapsak.
1. ALAT SEMPROT KNAPSAK
a. STANDAR
Alat semprot knapsak harus tidak bocor dan alat pengatur tekanan harus dapat diatur dan bekerja secara tepat.
b. PERALATAN
Alat semprot knapsak, suku cadang.
Obeng dan kunci kecil.
c. BAHAN
Air bersih
Suku cadang yang sesuai untuk alat semprot tersebut.
d. PROSEDUR
Perhatian secara khusus perlu dilakukan pada penggunaan ‘O-ring’, washer dan klep. Tiga filter yang digunakan untuk melengkapi alat semprot knapsak terletak :
1) di bawah tutup knapsak,
2) pada katup pemicu, dan
3) pada nozzle.
Filter dengan ukuran 50 mesh digunakan dengan nozzle AN2 (tipe ‘anvil/flooding’).
Filter dengan ukuran 100 mesh digunakan dengan nozzle TX4 (tipe ‘hollow cone’).
Periksa untuk memastikan bahwa nozzle tersebut bersih dan tidak tersumbat. Jangan menggunakan kawat untuk membersihkan nozzle yang tersumbat, tetapi gunakan sikat gigi yang halus atau semprotan udara. Nozzle yang menghasilkan semprotan yang tidak rata harus dicopot dan dibuang jika pembersihan ternyata tidak efektif.
Nozzle AN2 harus mampu menyemprotkan 0.92 L/menit pada tekanan rendah.
Nozzle TX4 harus mempunyai ukuran 0.45 L/menit pada tekanan tinggi.
Knapsak harus diperbaiki sepanjang hari.
Alat semprot knapsak yang digunakan khusus untuk penyemprotan herbisida secara tetap diatur untuk bekerja pada tekanan rendah dengan cara mengubah pengatur tekanan (jika pengatur tekanan tersedia).
Pengujian alat semprot knapsak
Isi knapsak dengan air bersih
Pompa sampai terdengar suara yang menunjukkan tekanan telah penuh.
Mulai penyemprotan. Periksa seluruh sambungan. Periksa untuk memperoleh pola semprot yang rata.
Nozzle agar diganti segera jika pola semprotan tidak rata.
2. ALAT SEMPROT CDA
a. STANDAR
Tidak boleh ada kebocoran pada CDA, dan kepala semprot harus berputar secara bebas dengan kecepatan yang tetap.
b. PERALATAN
Alat semprot CDA.
Obeng dan kunci kecil.
Tambahan alat berupa ‘Handheld tachimeter’ (misal VibratachTM) untuk mengecek kecepatan rotasi disk.
c. BAHAN
Air bersih.
Suku cadang yang sesuai dengan alat semprot.
d. PROSEDUR
Dua baut yang mengunci nozzle ke kepala alat semprot dilepas untuk mempermudah pelepasan dan pembersihan nozzle di lapangan.
Nozzle berwarna biru dapat menyemprotkan 100 ml/menit.
Ujung alat semprot diperiksa setiap hari.
Lubang semprot agar bersih dan tidak tersumbat.
Jangan menggunakan kawat untuk membersihkan lubang semprot yang tersumbat, gunakan sikat gigi yang lunak atau alat semprot udara. Jika hasil semprotan tidak baik, lepas dan ganti kepala semprot.
Jangan membiarkan cairan semprot mengalir ke bawah ketika motor dimatikan karena hal ini dapat merusak motor elektrik.
Alat semprot CDA dibersihkan setiap sore dengan menggunakan air bersih. Hal ini agar dilakukan secara hati-hati agar motor elektrik dan sakelar tidak basah.
Pengujian alat semprot CDA
a. Isi tangki dengan air bersih
b. Hidupkan motor
c. Biarkan cairan semprot mengalir ke kepala CDA
d. Mulai penyemprotan
e. Periksa perputaran ‘disk’ dan pola semprotan
f. Hentikan aliran cairan semprot ke kepala
g. Matikan motor (selalu matikan aliran air sebelum mematikan motor)
3. SELURUH ALAT SEMPROT
a. FREKUENSI
Alat semprot diperiksa setiap hari.
Lepas baigan-bagian yang tidak berfungsi untuk diperbaiki dan diservis. Peralatan semprot harus dikalibrasi setelah diservis atau diperbaiki.
Nozzle diganti segera jika hasil semprotan tidak rata dan jika pembersihan ternyata tidak mampu mengatasi masalah yang timbul.
b. WAKTU
Perbaikan alat semprot dilakukan secara terus menerus, dan setiap bagian harus diperiksa secara berkesinambungan oleh Manajer dan stafnya.
c. NORMA
Tidak ada.
d. CATATAN
Pekerja diharuskan membersihkan alat semprot setiap sore setelah bekerja.
Baterai pada alat semprot CDA harus diperiksa secara teratur dan diganti jika tidak berfungsi atau kecepatan perputaran ‘disk’ menurun sehingga berpengaruh terhadap pola semprotan.
Cadangan baterai yang berkualitas tinggi untuk alat semprot CDA harus tersedia.
B. KALIBRASI
1. TUJUAN
Mengkalibrasi alat semprot sehingga penyemprotan bahan kimia dapat dilakukan dengan jumlah yang tepat ke arah sasaran.
2. STANDAR
Hasil semprotan harus dikalibrasi untuk memperoleh ketepatan aplikasi.
Seluruh peralatan semprot harus dipelihara dengan baik. Kebocoran maupun kemacetan yang dapat mengurangi efisiensi pestisida maupun membahayakan petugas harus diperbaiki.
3. PERALATAN
Alat semprot knapsak atau alat semprot CDA.
Perlengkapan perbaikan yang dilengkapi ‘O-ring’, penyekat dan nozzle (baterai untuk CDA).
Gelas ukur isi 2 L.
Jam tangan dengan ‘stop wach’
Meteran 100 m
4 pancang.
4. BAHAN
Air bersih
Penanda.
5. PROSEDUR
Gunakan air bersih untuk pengujian alat, dan cek bahwa alat semprot tidak terkontaminasi sebelum dilakukan kalibrasi.
a. Periksa peralatan
Sebelum mulai pelaksanaan kalibrasi, periksa seluruh bagian peralatan untuk menjamin tidak adanya kebocoran, keretakan, filter yang tersumbat maupun pemakaian filter yang telah dimodifikasi secara benar. Hal ini dilakukan di lapangan oleh mandor sebagai kegiatan rutin.
b. Kecepatan alir
Lihat tekanan air pada nozzle saat alat semprot sedang digunakan.
Alat ukur tekanan ringan dimasukkan antara tangkai dan nozzle alat semprot knapsak untuk mengecek tekanan pada lubang keluar.
Alat ukur tekanan dapat dilepas setelah kalibrasi atau setelah pengecekan lapangan selesai.
Alat semprot hidrolik (misal alat semprot knapsak)
1) Atur alat semprot ini pada tekanan kerja yang disarankan.
2) Letakkan nozzle di atas tabung pengukur.
3) Semprotkan selama 1 menit lalu ukur volumenya.
4) Ulangi lagi cara tersebut 5 kali dan rata-ratakan hasilnya.
Ingat untuk mencatat secara terperinci tekanan dan jenis nozzle yang digunakan.
Alat semprot CDA dan penyemprot kabut
1) Lepaskan selang penyalur dan nozzle pengukur dari kepala alat semprot.
2) Pegang kepala semprot dan tabung suplai pada saat yang sama seperti halnya pada waktu digunakan untuk menyemprot di lapangan.
3) Letakkan alat semprot di atas tabung pengukur.
4) Jalankan kepala semprot selama 1 menit kemudian ukur volumenya.
5) Ulangi hal ini 5 kali dan rata-ratakan hasilnya.
6) Ingat untuk mencatat secara detail tekanan dan jenis outlet yang digunakan.
c. Lebar semprotan
Alat semprot knapsak dan CDA
1) Prosedur untuk menentukan lebar semprotan sama untuk knapsak dan alat semprot CDA.
b) Yakinkan bahwa peralatan uji dan nozzle dalam keadaan baik dan layak kerja.
c) Semprotkan air di atas tanah kering atau semen dengan menggunakan tekanan yang normal dan ketinggian sama seperti pada saat pemakaian di lapangan.
d) Ukur diameter (lebar) areal yang basah untuk menentukan lebar semprotan.
e) Ukuran tetesan air dan volume dari unit CDA sangat kecil sehingga mungkin perlu digunakan kertas peka air yang diletakkan di atas tanah tempat pengujian.
Penyemprot kabut
1) Gunakan alat ini dengan ketinggian, tekanan dan putaran mesin yang sama seperti pada saat digunakan di lapangan.
2) Pasang kertas peka air (25 mm x 25 mm) pada interval 50 cm dalam suatu garis yang tegak lurus arah jalan.
3) Tinggalkan areal yang kosong di tengah garis dari kertas peka air untuk mempermudah petugas dan memberi jalan kepada petugas untuk berjalan lurus melalui kertas-kertas tersebut.
4) Jalankan pada kecepatan yang tepat dengan melalui garis sensor kemudian periksa mereka untuk menentukan berapa lebar sudut penyemprotan.
5) Kerapatan butiran air pada kertas peka air ini sangat penting. Sekitar 50 butiran air per cm2 diperlukan untuk mencapai luas cakupan yang efektif pada saat menggunakan insektisida dan fungisida. Herbisida jangan diaplikasikan dengan menggunakan alat penyemprot kabut.
d. Kecepatan berjalan
Seluruh alat semprot
1) Beri tanda pada garis lurus sekitar 100 m panjangnya dengan menggunakan kayu pancang serta pita panjang.
2) Tinggalkan pita di tanah sepanjang tanda-tanda tersebut dengan ukuran di bagian atas.
3) Petugas memegang dan menjalankan peralatan seperti halnya pada saat dia berjalan di kebun selama 1 menit sepanjang alat ukur tersebut.
4) Setelah 1 menit pekerja berhenti dan jarak yang ditempuh dapat dilihat dari alat ukur.
Perhitungan
Uraian Singkatan Unit
Larutan yang disemprotkan (out put) O (L/menit)
Lebar semprot B (m)
Kecepatan berjalan W (m/menit)
Luas areal disemprot A (m2/menit)
Dosis aplikasi R (L/ha)
Tahap 1
Larutan yang disemprotkan = Output, O
Kecepatan aliran alat semprot diukur lima kali lalu diratakan.
Contoh :
No uji Output (L/menit)
1
2
3
4
5
Total 4.0
3.5
3.5
3.8
5.2
20.0
Rerata 4.0
Out put (O) = 4.0 L/menit
Tahap 2
Areal, A
1) Kecepatan berjalan (jarak dalam meter yang dilalui selama satu menit) W
Contoh :
Waktu untuk menempuh 100 m = 125 detik
Kecepatan berjalan = 0.8 m/detik x 60 = 48 m/menit
W = 48 m/menit
2) Lebar semprotan dalam meter, B
Contoh :
Lebar semprotan adalah 1.2 m
B = 1.2 m
3) Areal tersemprot A selama satu menit = W x B
Contoh :
48 x 12 = 57.6 m2/menit
A = 57.6 m2/menit
Tahap 3
Hitung dosis aplikasi dalam L/m2, R
Contoh :
Dosis aplikasi R = Output : Areal = O : A
Kemudian dihitung :
O = 4.0 L/m dan A = 57.6 m2/menit
R = 4.0 L/menit : 57.6 m2/menit
R = 0.07 L/m2
Untuk menghitung output per ha, kalikan dengan 10,000
Contoh:
0.07 L/m2 x 10,000 = 700 L/ha
Dosis aplikasi R per hektar = 700 L/ha
6. FREKUENSI
Setiap bulan secara rutin
Peralatan semprot baru dan yang telah diperbaiki harus dikalibrasi sebelum diberikan kepada petugas penyemprot
7. WAKTU
Kalibrasi harus dilakukan pada sore hari setelah kegiatan di lapangan selesai.
8. CATATAN
Output per areal adalah areal yang disemprot. Pada saat menghitung bahan dan alat yang diperlukan, perhitungan didasarkan pada areal yang disemprot aktual, bukan luas areal yang ditanami.
Terdapat beberapa tipe nozzle yang tersedia dengan berbagai kecepatan semprot, lebar semprotan, maupun pola semprot untuk alat semprot knapsak. Kecepatan dan pola aplikasi yang diinginkan dapat diperoleh dengan menggunakan nozzle yang berbeda.
Jenis nozzle
Terdapat beberapa tipe nozzle yang tersedia. Petunjuk dari pabrik serta lembaran data harus diperhatikan untuk penggunaan nozzle secara khusus.
Contoh nozzle yang diberikan pada Buku Lapangan ini adalah sebagai berikut :
a. AN2 (tipe ‘anvil/flooding’), sudut semprot 115 derajat, ukuran filter 50 mesh, lebar semprot 1.0 m
Output per ha pada berbagai tekanan dan kecepatan jalan yang berbeda :
Tekanan (bar) Aliran (L/menit) Kecepatan jalan (m/menit)
33
2 kph 50
3 kph 66
4 kph
1.0
1.5
2.0 0.92
1.13
1.31 279
342
397 184
226
262 139
171
198
b. TX4 (tipe ‘hollow cone’), sudut semprot 110 derajat, ukuran filter 100 mesh, lebar semprto 0.4 m
Output per ha pada berbagai tekanan dan kecepatan jalan yang berbeda :
Tekanan (bar) Aliran (L/menit) Kecepatan jalan (m/menit)
33
2 kph 50
3 kph 66
4 kph
5.0
7.0
10.0 0.50
0.79
0.93 379
599
705 250
395
465 189
299
352
VII. PEMELIHARAAN JALAN DAN TANDA BLOK
A. PEMELIHARAAN JALAN
1. TUJUAN
Untuk akses kegiatan panen, pengangkutan buah, pupuk dan pemeliharaan tanaman sepanjang tahun.
2. STANDAR
Jalan-jalan diratakan dan digrader agar cembung dengan parit di kiri-kanan jalan.
Jalan berlubang ditimbun, drainase baik.
3. PERALATAN & BAHAN
Buldoser, grader, loader, roller, truk tripper.
Gorong-gorong, pasir dan batu.
4. PROSEDUR
Jenis-jenis pemeliharaan
a. Pemeliharaan ringan
1) Ratakan permukaan tanah dengan ‘grader’ yang dilengkapi dengan ‘ripper’.
2) Bentuk kembali permukaan agar cembung dilengkapi saluran di pinggirnya.
3) Padatkan permukaan tanah dengan ‘roller’.
b. Pengerasan pada tempat-tempat tertentu.
1) Bentuk saluran di pinggir jalan serta permukaan jalan yang cembung.
2) Seluruh saluran drainase dan lubang air telah mengering
3) Potong (kedalaman 10 cm) permukaan tanah dengan menggunakan ‘grader’ yang dilengkapi dengan ‘ripper’.
4) Periksa areal dimana terjadi kerusakan permukaan.
5) Tekan batuan sedalam 10 cm dengan menggunakan ‘ripper’ (cukup sekali jalan).
6) Padatkan permukaan sambil menjaga bentuk jalan yang cembung. Dua kali penggunaan ‘roller’ yang berat cukup untuk memperbaiki permukaan jalan.
c. Pengerasan secara penuh
1) Bentuk permukaan tanah yang baru dengan menggunakan ‘grader’
2) Bersihkan seluruh saluran jalan dan saluran drainase.
3) Potong (20 cm) permukaan tanah menggunakan ‘grader’ yang dilengkapi dengan ‘ripper’.
4) Berikan bantuan secara penuh dan sebarkan pada kedalaman 20 cm di permukaan tanah. Perhatikan betul-betul areal yang rusak.
5) Tekan batuan sedalam 20 cm dengan menggunakan ‘ripper’ yang dilekatkan pada ‘grader’ tersebut. Dua kali jalan dengan arah yang berlainan cukup untuk mengeraskan permukaan tanah. Ulang kegiatan ini pada lokasi-lokasi tertentu.
6) Gilas dan padatkan permukaan sambil memperbaiki bentuk jalan. Enam kali jalan dengan menggunakan ‘roller’ yang berat cukup untuk mempersiapkan permukaan tanah yang bagus.
d. Pembangunan jalan baru.
Seperti Bab “Jaringan Jalan” dan “Pembangunan Jalan” di buku TBM.
5. FREKUENSI & WAKTU
Setahun sekali sebelum panen puncak dan selama musim kering.
6. NORMA
Aktivitas hk/ha
Pemeliharaan piringan 6.0
Pengerasan setempat 5.0
Pengerasan secara penuh 4.0
B. PEMELIHARAAN TANDA BLOK
1. TUJUAN
Memelihara tanda-tanda blok, tanda-tanda lapangan dan papan identitas untuk :
a. membantu komunikasi manajemen
b. menjamin pencatatan di lapangan yang akurat.
c. menunjukkan standar profesionalisme di lapangan.
2. PERALATAN & BAHAN
Cangkul, sekop, kuas, cat, semen dan pasir
3. PROSEDUR
Tanda-tanda tersebut harus dipelihara dan diperbaiki/diganti jika ada kerusakan.
4. FREKUENSI & WAKTU
Setahun sekali selama musim kering
VIII. DRAINASE
A. TUJUAN
Areal pertanaman harus dapat dikeringkan dalam waktu 48 jam setelah hujan turun sehingga tidak ada genangan air yang berarti.
Pada lahan gambut, saluran dan pintu air harus dibuat sedemikian rupa sehingga ketinggian air dapat dijaga 75 cm dari permukaan tanah selama musim kering, tetapi kelebihan air dapat dikeluarkan selama musim penghujan.
Drainase dan system jalan harus dirancang dan direncanakan bersama sehingga akan tersedia areal yang maksimum untuk penanaman berdasarkan pertimbangan efisiensi operasional untuk pemeliharaan dan pemanenan.
B. STANDAR
Jaringan drainase harus dibangun selama tahap pembangunan kebun sebelum kelapa sawit ditanam.
Drainase yang dibuat pada areal-areal tanaman dewasa harus sesuai dengan system yang telah ada dan dibangun dengan spesifikasi yang sama.
C. PERALATAN
Tipe saluran Bahan yang diperlukan
Saluran besar (primer) ‘Excavator’ hidrolik
Saluran di sisi jalan dan ‘scupper’ ‘Grader’ dan ‘backhoe loader’
Saluran kecil (tersier) Pekerja manual, cangkul, kereta sorong
D. BAHAN
Gorong-gorong (jika diperlukan), jembatan panen atau jembatan.
E. PROSEDUR
Penambahan drainase pada areal tanaman dewasa harus sesuai dengan saluran kecil di dalam kebun tempat terjadinya genangan.
1. Sebelum saluran drainase dibuat, rencana dan spesifikasi harus diajukan dan didiskusikan dengan manajer lapangan.
2. Seluruh saluran drainase baru harus digambar pada peta drainase kebun. Saluran drainase yang dangkal dan kecil (<10 m panjangnya) yang dibangun secara manual untuk mengeluarkan air dari areal yang kecil/areal tertentu tidak dimasukkan dalam peta.
3. Jalur saluran drainase harus digaris dan diberi tanda dengan pancang.
4. Mandor harus hadir pada permulaan kegiatan untuk mengarahkan pekerja dan menjamin bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai standar.
5. Tanah yang digali dari saluran harus disebar serata mungkin atau digunakan untuk dasar jalan (pada tanah gambut).
6. Gorong-gorong dan saluran dipasang pada saat mesin masih ada di tempat. Tetapi jika keadaan tidak memungkinkan maka gorong-gorong dan saluran tersebut dipasang secara manual segera setelah saluran diselesaikan.
7. Saluran pembuangan harus dijaga cukup bersih – amati air yang keluar selama hujan berikutnya untuk melihat apakah saluran tersebut berfungsi sebagaimana mestinya.
8. Saluran drainase dan pinggiran sungai yang terbuka perlu diperkuat dengan jaring-jaring yang diisi dengan batu.
F. FREKUENSI
2 kali setahun. Pengamatan tambahan dilakukan selama musim penghujan.
G. WAKTU
Selama musim kering atau musim hujan yang rendah
Seluruh jaringan drainase yang baru harus diamati pada musim penghujan sehingga jika muncul masalah segera dapat diselesaikan.
H. NORMA
Aktivitas hk/ha
Saluran di kebun (manual) 50
Saluran tersier di kebun* 100
Saluran pengumpul (sekunder)* 150
Saluran keluar kebun (primer)* 140
* Berdasarkan pada pemakaian satu mesin
IX. PEMUPUKAN
A. TUJUAN
Penyediaan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan vegetatif dan produksi Tandan Buah Segar (TBS) serta meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit.
B. STANDAR
Unsur hara yang terbawa di TBS harus dikembalikan melalui penambahan pupuk dan mengembalikan sisa-sisa bahan organik (Tandan Kosong Sawit (TKS), Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) dan pelepah)
C. PERALATAN
1. Kereta dorong
2. Alat angkut
3. Takaran pupuk
4. Goni bekas
5. Ember
6. Bakul
D. BAHAN
Pupuk mineral.
TKS, limbah cair PKS
E. PROSEDUR
Pemupukan berdasarkan rekomendasi.
1. Residu kelapa sawit
a. Tunasan pelepah
b. Tunas yang terpotong tiap tahun mengandung 125 kg N, 23 kg P2O5, 176 kg
c. K2O dan 25 kg MgO/ha.
d. Tandan kosong kelapa sawit (TKS)
e. TBS sebesar 25 ton/ha menghasilkan sekitar 5 ton TKS/ha.
f. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS)
g. Tanaman kacangan penutup tanah (Legume Cover Crop, LCC)
2. Pupuk-pupuk mineral
Pemberiannya berdasarkan faktor-faktor :
a. Perhitungan produksi potensial
b. Hasil analisa daun
c. Hasil percobaan pemupukan
d. Hasil pengamatan gejala kekahatan
e. Jumlah hara yang terangkut TBS
f. Hasil analisa tanah
g. Ada tidaknya gejala kekahatan LCC
h. Ada tidaknya tanaman indikator kesuburan tanah
i. Pertimbangan keseimbangan hara dan jumlah hara yang dikembalikan ke areal tanaman.
j. Hasil pengamatan terhadap areal yang akan dipupuk.
k. Data produksi 5 tahun sebelumnya
l. Data curah hujan 10 tahun sebelumnya
Pupuk mineral dibedakan menjadi :
a. Pupuk tunggal
Adalah pupuk yang mengandung satu unsur hara utama (misalnya urea mengandung unsur N), harganya per kg tidak terlalu mahal tetapi perlu tenaga yang besar untuk aplikasinya.
b. Pupuk campur
Pupuk tunggal dapat dicampur menjadi pupuk campur. Keuntungannya yaitu bahwa seluruh kebutuhan hara yang diperlukan tanaman dapat diberikan dalam satu rotasi pemupukan.
c. Pupuk majemuk
Adalah pupuk yang berisi beberapa unsur hara yang dikombinasikan dalam satu formulasi. Keuntungannya yaitu semua unsur hara utama diaplikasikan dalam satu rotasi pemupukan. Kerugiannya yaitu harga setiap unit hara lebih tinggi dibandingkan pupuk tunggal atau pupuk campur
F. FREKUENSI DAN WAKTU
2 – 3 kali setahun, berdasarkan curah hujan, tekstur tanah dan topografi.
G. NORMA
Dosis pupuk (kg/phn) hk/ha
2 0.5
H. UNSUR HARA
1. NITROGEN (N)
a. FUNGSI
Pembentukan protein, sintesis klorofil dan fotosintesis.
b. GEJALA DEFISIENSI N
1) Daun tua berwarna hijau pucat kekuningan, produksi daun (pelepah/thn) turun, anak daun sempit dan menggulung ke arah lidi.
2) Kecepatan tumbuh berkurang, pertumbuhan terhambat dan bagian atas tajuk terlihat rata
c. PENYEBAB DAN TERJADINYA DEFISIENSI N
- Mineralisasi N kurang karena
tanah tergenang
- N tersedia dalam tanah
rendah
- Aplikasi N tidak cukup/tidak
efisien
- Persaingan gulma. - N diimobilisasi saat dekomposisi bahan organik
- Terhambatnya pertumbuhan akar karena tanah dangkal/padat
-Pemupukan N tercuci, menguap/ terimmobilisasi
d. PENCEGAHAN DEFISIENSI N
1) Pemberian pupuk N
2) Pengendalian gulma dan pemeliharaan LCC
3) Pencegahan pemadatan tanah
4) TBS 25 ton/ha mengandung 74 kg N = 160 kg urea/ha atau 1.0 – 1.3 kg urea/phn.
e. PERLAKUAN TERHADAP DEFISIENSI N
Kondisi tanaman Dosis (kg/phn)
N Urea
2 – 3 thn setelah tanam 0.25 – 0.75 0.54 – 1.63
5 – 10 thn setelah tanam 1.00 – 1.50 2.17 – 3.26
Penggantian hara terangkut 0.50 – 0.60 1.00 – 1.30
Tanaman menunjukkan gejala defisiensi hara 1.50 – 1.80 3.30 – 3.90
2. FOSFOR (P)
a. FUNGSI
Pertumbuhan akar dan perbaikan mutu buah.
b. GEJALA DEFISIENSI P
Bentuk batang meruncing (pyramid) dan tumbuh kerdil.
Tanaman indikator: rumput-rumputan berdaun ungu, daun Pueraria phaseoloides kecil, sulit tumbuh dan bintil akar jarang. Melastoma malabatricum dan Dicranopteris linearis tumbuh lebih subur.
c. PENYEBAB DEFISIENSI P
Erosi tanah/hilangnya topsoil, kurangnya pupuk P dan pupuk P dijerap oleh senyawa Al dan Fe pada pH rendah.
d. PENCEGAHAN DEFISIENSI P
1) Pemberian pupuk P sesuai dosis anjuran
2) Pengendalian erosi
3) Pemilihan jenis pupuk yang tepat.
4) 25 ton TBS/ha mengandung 11 kg P = 84 kg Rock Phosphate (RP)/ha atau 0.5 – 0.7 kg RP/pokok.
e. PERLAKUAN TERHADAP DEFISIENSI P
1) pH <5.5 diberikan dalam bentuk RP.
2) Rekomendasi pemupukan P yang disarankan:
Kondisi tanaman Dosis (kg/phn)
P2O5 RP
Penggantian hara terangkut 0.15 – 0.20 0.50 – 0.70
Tanaman menunjukkan gejala defisiensi 0.50 – 0.75 1.70 – 2.50
3. KALIUM (K)
a. FUNGSI
Proses pembukaan stomata daun, pengangkutan hasil-hasil fotosintesis, pengaktifan enzim dan sintesa minyak.
Berpengaruh terhadap jumlah, ukuran tandan dan ketahanan terhadap serangan penyakit.
b. GEJALA DEFISIENSI K
Dikenal sebagai ‘orange spotting’, ’confluent orange spotting’, ’diffused mid-crown yellowing’ dan ‘white stripe’
‘Diffused’/mid-crown yellowing’ terjadi pada tanah masam berpasir dan gambut pada musim kemarau panjang.
‘White stripe’ terjadi karena kelebihan N dan kekurangan K serta B.
Mula-mula pada daun tua (bercak kuning terang tembus cahaya).
Kekahatan K dapat berasosiasi dengan ‘vascular wild disease’, ‘cercospora leaf spot’ dan ‘Ganoderma’
c. PENYEBAB DAN TERJADINYA DEFISIENSI K
Konsentrasi K dapat ditukar dalam tanah 3,500 mm/thn).
3) Mg dapat ditukar < 0.3 cmol/kg tanah.
4) Tanah tekstur pasir dengan topsoil dangkal dan puncak bukit yang telah tererosi.
5) Aplikasi Mg pada tanah kurang.
d. PENCEGAHAN TERHADAP DEFISIENSI Mg
1) Pemberian pupuk Mg.
2) Pencegahan erosi.
3) TBS 25 ton/ha mengandung sekitar 20 kg Mg = 123 kg kieserite/ha atau 0.75 – 1.0 kieserite/phn = 184 kg langbeinit/ha atau 1.2 – 1.5 kg langbeinit/phn.
e. PERLAKUAN TERHADAP DEFISIENSI Mg
Rekomendasi pemupukan Mg disarankan:
Kondisi tanaman Dosis (kg/phn)
MgO Kieserite
Penggantian hara terangkut 0.20 – 0.27 0.75 – 1.00
Tanaman menunjukkan gejala defisiensi 0.54 – 0.81 2.00 – 3.00
5. TEMBAGA (Cu)
a. FUNGSI
Pembentukan klorofil dan katalisator berbagai reaksi fisiologis tanaman.
b. GEJALA DEFISIENSI Cu
‘Mid Crown Chlorosis’ (MCC) yaitu jaringan klorosis berwarna hijau pucat sampai kuning keputihan dijumpai di tengah anak daun pada daun termuda yang telah membuka
‘Peat Yellows’ yaitu bercak kuning berkembang diantara jaringan klorosis
Gejala Peat Yellows yang berat daun menjadi pendek, kuning pucat, mengering dan mati.
c. PENYEBAB DEFISIENSI Cu
1) Tanah berbahan organik tinggi (misal gambut) dan tanah berpasir tinggi
2) Kadar Cu daun <3 – 5 mg/kg.
3) K dapat ditukar <0.15 cmol/kg dan pemupukan Mg dalam jumlah besar.
4) Ketersediaan N tinggi di tanah setelah drainase tanah gambut atau pemupukan N
5) Aplikasi P dan N dalam jumlah besar tanpa pupuk K yang cukup.
d. PENCEGAHAN TERHADAP DEFISIENSI Cu
1) Aplikasi pupuk Cu
2) Aplikasi P & N harus disertai dengan aplikasi K yang cukup
e. PERLAKUAN TERHADAP DEFISIENSI Cu
Rekomendasi pemupukan Cu disarankan:
Jenis tanah Dosis CuSO4 (g/phn) Cara aplikasi
Tanah mineral 40 Dimasukkan dalam bola lumpur
Tanah gambut 20 – 25 Dimasukkan dalam bola lumpur
6. BORON (B)
a. FUNGSI
Sintesa gula dan karbohidrat, metabolisme asam nukleat dan protein serta kegiatan meristematik tanaman.
b. GEJALA DEFISIENSI B
1) Daun ikan, daun pancing, daun kecil dan daun sirip ikan.
2) Daun rapuh dan berwarna hijau gelap.
3) Tahap awal tampak pada bagian atas daun yang rata akibat daun baru yang memendek.
c. PENYEBAB DEFISIENSI B
1) Kandungan B dalam tanah tidak cukup yang menyebabkan kandungan B di daun 4% dan asam lemak bebas (ALB)  2%
C. PERALATAN
Tanaman umur 7tahun
1. Egrek disambung dengan pipa aluminium/batang bambu.
2. Piring aluminium berlubang dan bekas kantong pupuk yang dibersihkan untuk pengutipan brondolan
3. Kereta dorong
4. Kapak kecil/parang untuk memotong tangkai TBS dan batu asah
5. Gancu yang berbentuk T untuk menaikkan buah ke dalam truk
6. Jaring untuk mengangkut buah ke PPKS kalau melewati jalan umum
D. PROSEDUR
Tiap pemanen dibekali peralatan lengkap
1. Pemanen mulai berjalan pada baris tanaman yang akan dipanen sambil memperhatikan setiap pohon, mengamati jumlah brondolan pada piringan maupun pada tajuk tanaman karena kadang-kadang brondolan terperangkap di belakang pangkal pelepah
2. Jika pemanen menjumpai buah matang, pemanen memotong pelepah yang menyangga buah. Bila tanaman berumur 7 tahun menggunakan egrek karena penggunaan dodos tidak efektif lagi.
3. Pangkal pelepah yang berduri dipotong dan diletakkan di tengah tumpukan pelepah atau di gawangan, yang jauh dari jalan panen atau piringan.
4. Pada areal tanaman muda (5 1.500
XI. PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR
A. TUJUAN
1. Mengirim seluruh TBS dan brondolan ke pabrik
2. Menjaga jadwal pengiriman dan jumlah buah secara tepat
B. STANDAR
1. Seluruh TBS harus dikirim pada hari pemanenan.
2. Penanganan buah sekecil mungkin.
3. TBS bersih dari tangkai buah, tanah, batuan dan bahan lain.
C. PERALATAN
1. Truk kapasitas 6 – 10 ton atau traktor trailer
2. Parang babat/kapak kecil
3. Jaring
D. PROSEDUR
Transport TBS berkaitan erat dalam hal perencanaan harian antara kegiatan lapangan, pengangkutan dan pengelolaan pabrik.
Kelompok pemanen bekerja sedemikian rupa sehingga jumlah TPH dan jarak pengangkutan dapat dikurangi.
1. Setiap hari mandor traksi diberitahu lokasi panen
2. Persediaan jaring dan tenaga untuk memindahkan buah ke truk harus cukup untuk menghindari penundaan yang tidak perlu.
3. Truk diisi secara hati-hati dengan tenaga/mesin penderek agar buah tidak rusak. Hindari terangkutnya tanah, sampah dan daun-daunan bersama buah.
4. Mandor panen harus memeriksa sehingga truk terisi penuh dan tidak kelebihan muatan sebelum berangkat
5. Truk harus melalui jalan terpendek menuju pabrik, menurunkan muatan dan kembali lagi secepatnya untuk diisi kembali.
6. Membawa Surat Pengantar Buah (SP Buah) untuk penimbangan buah kemudian menerima karcis timbang lembar ke-1 (diserahkan bagian traksi), karcis timbang lembar ke-2 dan SP Buah lembar ke-2 diserahkan Afdeling
7. Manager traksi bertanggung jawab atas pemeriksaan dan perawatan kendaraan.
E. FREKUENSI
1. Setiap hari sekali.
2. TBS tidak boleh ditinggal di lapangan selama akhir pekan atau hari libur.
F. WAKTU
Setelah jam 12 siang.
G. NORMA
Tergantung jarak dari kebun ke pabrik.
XII. SISTEM INFORMASI AGRONOMIS
A. TUJUAN
1. Memanfaatkan data yang terkumpul dengan baik untuk mencapai keuntungan ekonomis secara maksimum.
2. Menjaga keseimbangan hara optimum untuk pertumbuhan tanaman yang cepat dengan produksi TBS maksimum dan tahan hama penyakit.
B. STANDAR
1. Seluruh data agronomis: aplikasi pupuk, analisa tanah dan daun, serangan hama dan penyakit, sensus tanaman dan data produksi disimpan dalam database komputer.
2. Penyiapan laporan berkala keadaan tanaman setiap lokasi & laporan tahunan.
C. PERALATAN & BAHAN
Komputer, operator terlatih dan formulir pengumpulan dan pencatatan data.
D. PROSEDUR
Berisi keadaan areal, bahan tanaman, kerapatan, luas areal yang ditanami, dan data lainnya. Manager kebun bertanggung jawab terhadap keberhasilan pengumpulan dan penyimpanan data dan menentukan data mana yang sesuai untuk membantu pelaksanaan kegiatan lapangan.
E. FREKUENSI & WAKTU
Pengumpulan dan analisis data merupakan proses berkesinambungan. Data sensus rutin, produksi dan aplikasi pupuk dimasukkan secara teratur.
Lampiran 1.
KARTU AUDIT LAPANGAN
Pemeriksanaan lapangan merupakan ‘crosscheck’ untuk menilai pelaksanaan manajemen kebun. Pemeriksa harus mampu menilai pencapaian kegiatan lapangan dibandingkan dengan standar kebun untuk setiap kegiatan. Standar setiap kegiatan diuraikan pada setiap bagian dalam buku ini yang selanjutnya dapat ditulis dalam lembaran pemeriksaan.
Pemeriksa menilai setiap kegiatan dan berdasarkan pada skor pada tabel di bawah mengemukakan rekomendasi untuk tindakan koreksi kepada manajer kebun.
Kebun Divisi
Blok Tanggal
Pemeriksa menilai setiap kegiatan sebagai berikut: 1=dibawah standar; 2=standar; 3=lebih baik dari standar; TD=tidak diperiksa
No Kegiatan 1 2 3 TD
1 Panen tandan buah segar kelapa sawit
2 Pengangkutan tandan buah segar
3 Pembersihan piringan secara kimia
4 Pengendalian gulma secara manual
5 Pemberantasan tanaman perambat
6 Pengendalian gulma secara kimia
7 Pemberantasan gulma pada batang
8 Informasi umum tentang pemupukan
9 Nitrogen
10 Fosfor
11 Potassium (Kalium)
12 Magnesium
13 Tembaga
14 Boron
15 Mulsa tandan kosong kelapa sawit
16 Penunasan tanaman
17 Penggarukan piringan
18 Pemantauan hama dan penyakit
19 Sensus
20 Pengendalian tikus
21 Pengendalian hama serangga
22 Pengendalian hama dan penyakit
23 Pemeliharaan jalan
24 Drainase
25 Pemeliharaan umum
26 Kesatuan contoh daun (KCD)
27 Pengambilan contoh daun
28 Pengambilan contoh tanah
29 Peta pohon
30 Sistem informasi agronomi
Lampiran 2.
KARTU AUDIT AGRONOMIS
Audit agronomis tanaman ditekankan pada satu aspek kegiatan lapangan yang harus dijaga untuk mencapai keuntungan ekonomi maksimum. Pemeriksa menilai setiap kegiatan berdasarkan pada skor masalah kultur teknis pada tabel di bawah.
Manajer kebun harus diberi laporan tertulis secara ringkas yang berisi rekomendasi kegiatan yang perlu ditindaklanjuti untuk mengatasi masalah yang dijumlai di lapangan.
Kebun Divisi
Blok Tanggal
Skor masalah kultur teknis adalah sebagai berikut: 1=terjadi umum; 2=terjadi sedikit; 3=tidak terjadi; TD=tidak diperiksa
Masalah agronomis Tidak Ya TD
Apakah semua tandan matang telah dipanen?
Apakah semua tandan matang telah diangkut dari lapangan?
Apakah tangkai tandan telah dipotong?
Apakah semua brondolan telah dikutip?
Apakah tempat pengengkatan buah ke mobil terpelihara dengan baik?
Apakah pemanen dilengkapi dengan peralatan yang baik?
Apakah semua tandan yang telah dipanen dikumpulkan tepat waktu?
Apakah tandan buah tercampur dengan kotoran saat sampai di pabrik?
Apakah piringan bersih dari gulma dan kotoran?
Apakah gulma keras di gawangan terkendali?
Apakah pelepah bekas tunasan telah disusun dengan tepat di gawangan?
Apakah bagian duri dari pelepah diletakkan dengan benar?
Apakah pemanen mempunyai pandangan yang bebas terhadap tajuk?
Apakah pupuk disiram dengan baik?
Apakah status N memuaskan?
Apakah status P memuaskan (cek tanaman indikator)?
Apakah status K memuaskan?
Apakah status Mg memuaskan?
Apakah status Cu memuaskan?
Apakah TKS diaplikasikan dengan tepat?
Apakah penunasan dilakukan dengan tepat?
Apakah garuk piringan dilakukan dengan tepat?
Apakah lapangan bebas dari serangan tikus?
Apakah lapangan bebas dari serangan kumbang badak?
Apakah lapangan bebas dari serangan ulat kantong?
Apakah lapangan bebas dari serangan ulat api?
Apakah lapangan bebas dari serangan belalang?
Apakah lapangan bebas dari crown disease?
Apakah lapangan bebas dari ganoderma?
Apakah jalan dipelihara dengan baik?
Kebun Divisi
Blok Tanggal
Apakah gorong-gorong dipelihara dengan baik?
Apakah jembatan dipelihara dengan baik?
Apakah saluran drainase cukup memadai?
Apakah pintu air dipelihara dengan baik?
Apakah papan tanda blok telah dipasang di setiap blok?
Lampiran 3. Peta Isometrik
Perihal puputwawan

Sebuah Tanggapan untuk Pemeliharaan TM (Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar