Jumat, Maret 15, 2013

Karet

Karet

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk tumbuhan penghasil karet, lihat artikel para.
Lateks karet tengah disadap.
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan lain juga menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet, seperti anggota suku ara-araan (misalnya beringin), sawo-sawoan (misalnya getah perca dan sawo manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion. Pada masa Perang Dunia II, sumber-sumber ini dipakai untuk mengisi kekosongan pasokan karet dari para. Sekarang, getah perca dipakai dalam kedokteran (guttapercha), sedangkan lateks sawo manila biasa dipakai untuk permen karet (chicle). Karet industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan dalam industri perkaretan.

Daftar isi

Biokimia

Karet adalah polimer dari satuan isoprena (politerpena) yang tersusun dari 5000 hingga 10.000 satuan dalam rantai tanpa cabang. Diduga kuat, tiga ikatan pertama bersifat trans dan selanjutnya cis. Senyawa ini terkandung pada lateks pohon penghasilnya. Pada suhu normal, karet tidak berbentuk (amorf). Pada suhu rendah ia akan mengkristal. Dengan meningkatnya suhu, karet akan mengembang, searah dengan sumbu panjangnya. Penurunan suhu akan mengembalikan keadaan mengembang ini. Inilah al asan mengapa karet bersifat elastik.

Biosintesis

Lateks dibentuk pada permukaan benda-benda kecil (disebut "badan karet") berbentuk bulat berukuran 5 nm sampai 5 μm yang banyak terdapat pada sitosol sel-sel pembuluh lateks (modifikasi dari floem). Sebagai substratnya adalah isopentenil difosfat (IPD) yang dihasilkan sel-sel pembuluh lateks. Dengan bantuan katalisis dari prenil transferase, pemanjangan terjadi pada permukaan badan karet yang membawa suatu polipeptida berukuran 14 kDa yang disebut rubber elongation factor (REF). Sebagai bahan pembuatan starter, diperlukan pula 3,3—dimetilalil difosfat sebagai substrat kedua. Suatu enzim isomerase diperlukan untuk tugas ini.

Pemanenan

Lateks diperoleh dengan melukai kulit batangnya sehingga keluar cairan kental yang kemudian ditampung. Cairan ini keluar akibat tekanan turgor dalam sel yang terbebaskan akibat pelukaan. Aliran berhenti apabila semua isi sel telah "habis" dan luka tertutup oleh lateks yang membeku.

Penemuan

Karet diyakini dinamai oleh Joseph Priestley, yang pada 1770 menemukan lateks yang dikeringkan dapat menghapus tulisan pensil. Ketika karet dibawa ke Inggris, dia diamati bahwa benda tersebut dapat menghapus tanda pensil di atas kertas. Ini adalah awal penamaan rubber dalam bahasa Inggris.
Di tempat asalnya, di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, karet telah dikumpulkan sejak lama. Peradaban Mesoamerika menggunakan karet dari Castilla elastica. Orang Amerika Tengah kuno menggunakan bola karet dalam permainan mereka (lihat: permainan bola Mesoamerika). Menurut Bernal Diaz del Castillo, Conquistador Spanyol sangat kagum terhadap pantulan bola karet orang Aztek dan mengira bahwa bola tersebut dirasuki roh setan.
Di Brasil orang lokal membuat baju tahan air dari karet. Sebuah cerita menyatakan bahwa orang Eropa pertama yang kembali ke Portugal dari Brasil dengan membawa baju anti-air tersebut menyebabkan orang-orang terkejut sehingga ia dibawa ke pengadilan atas tuduhan melakukan ilmu gaib.

Manfaat

Karet adalah bahan utama pembuatan Ban, beberapa Alat-alat kesehatan, alat-alat yang memerlukan kelenturan dan tahan goncangan. dibeberapa tempat salah satunya Perkebunan karet di Jember biji karet bisa dijadikan camilan dengan proses tetentu, rasanya gurih namun jangan berlebihan karena kadang membuat pusing kepala.

Budidaya Tanaman Karet

Teknik Budidaya Tanaman Karet





PENDAHULUAN
Karet (Havea brasiliensis) merupakan salah satu komoditas perkebunan. Susunan taksonomi sebegai berikut;
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi         : Dicotyledonae
Kelas : Euphorbiales
SUku : Euphorbiaceae
Marga : Havea
Jenis                : Havea brailiensis
Tanaman karet berasal dari Brasil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan karet alam dunia. Sebagai penghasil lateks, tanaman karet merupakan satu-satunya yang dikebunkan secara besar-besaran. Devisa negara yang dihasilkan dari komditas karet ini cukup besar.
Luas areal perkebunan karet di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 3,435,417 Ha dengan total produksi 2,440,346 tons. Jumlah petani yang terlibat dalam usaha budidaya karet ini ini adalah 2,075,954 KK dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 195,325 orang. Volume ekspor komoditas karet pada tahun 2008 mampu menghasilkan devisa bagi negara sebesar US $ 6,056,572 dari total ekspor sebesar 2,295,456 tons.

TEKNIS BUDIDAYA
1. Lahan dan Agroklimat
Faktor lahan mempunyai andil yang cukup besar dalam mendukung produktifitas karet. Agar memperoleh pertumbuhan dan produktifitas yang baik, tanaman karet memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut;
a. Tanah
Tanah latosol dan aluvial bisa dikembangkan untuk penanaman karet
Kadar keasaman (pH) 5-6
Dapat tumbuh di ketinggian 1 - 600 m diatas permukaan laut
b. Iklim 
Dapat tumbuh dengan baik pada 15deg LU - 10deg LS
Suhu udara 25deg-30deg C
Curah hujan optimal 2000-2500 mm/tahun

2. Kualitas dan Standar Mutu Benih
Kualitas dan standar mutu benih harus diperhatikan mulai dari biji untuk batang bawah sampai bibit karet yang siap ditanam dilapang (klon).
> Biji batang bawah
Berasal dari pohon induk yang berumur minimal 10 tahun dan berasal dari klon diketahui pasti. Biji masih segar, bernas, mengkilat, tidak berlobang dan tidak cacat.
> Biji yang sudah disemai dan akan dipindahkan ke pembibitan.
Telah berkecambah sebelum hari ke-22, akar tunggang kecambah lurus, biji bebas hama dan penyakit
> Bibit batang bawah untuk okulasi
Pertumbuhan bibit relatif seragam, sudah mencapai diameter batang tertentu untuk diokulasi hijau atau coklat.
>Mata okulasi entres
Berasal dari kebun kayu okulasi (kebun entres) yang sudah dimurnikan, terawat baik dan sehat.
> Stum mata tidur
Akar tunggang lurus, tidak bercabang, mempunyai akar lateral 5-10 cm dan panjang akarnya 35cm. Umur stum tidak lebih dari 12 bulan.
>Bahan tanam dalam polybag
Tinggi daun payung pertama diukur dari pertautan okulasi sampai titik tumbuh >25 cm dan diameter minimal 8 mm diukur pada ketinggian 10 cm dari pertautan okulasi. Daun hijau segar dan sehat.

3. Klon Karet
Klon di Indonesia dihasilkan oleh lembaga riset pemerintah atau swasta, misalkan Balai penelitian Karet Getas, Sungai Putih atau Sembawa atau Bah Lias Riset PT London Sumatera Plantation.
Klon Lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 260, PB 217
Klon Lateks-Kayu : BPM 1, PB 330, PB 340, RRIc 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32
Klon Kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78

4. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dimulai dengan cara penebangan/pembabatan pohon-pohon besar dan alang-alang dengan herbisida dan membasmi sisa penyakit dengan fungisida
> Tanah dengan dengan kemiringan diatas 10deg dibuat teras, lebar teras minimal  1.5 m, jarak antar teras 6 untuk jarak tanam (6x3) m. Pada tanah yang landai dibuat rorak yang berguna untuk mencegah erosi dan sabagai aliran air.
> pemancangan dilakukan dengan jarak tanam dan kerapatan pohon yang diinginkan. Untuk kerapatan per Ha 550 pohon maka jarak tanam adalah 6 x 3 meter.
> Lubang tanam dibuat minimal 2 minggu sebelum tanam. Pada titik pancang dibuat lobang tanam dengan ukuran minimal 40 cm x 40 cm x 40 cm.
> Sebelum penanaman dilakukan pemupukan untuk memacu pertumbuhan akar karet yang baru ditanam.

Bibit karet dalam polybag yang siap ditanam kelapang ditandai dengan payung daun terakhir sudah tua. Penanaman dilakukan dengan cara kantong polybag dibuka, bibit diletakkan ditengah-tengah lubang tanam, kemudian ditimbun dengan tanah. Penanaman sebaiknya dilakukan saat musim hujan. Apabila ditanam pasa musim panas sebaiknya lubang tanam disiram dahulu.

6. Penyulaman
Bibit yang baru ditanam harus diperiksa setiap 1-2 minggu. Bibit yang mati segera disulam agar populasi tanaman dapat dipertahankan.

7. Pembuangan tunas palsu dan tunas cabang
Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas palsu ini harus dibuang sebelum berkayu. Tunas cabang adalah tunas yang tumbuh pada batang utama pada ketinggian sampai dengan 2.75 - 3 m. Pemotongan tunas cabang dilakukan sebelum tunas berkayu.

8. Pembentukan Percabangan
Pembentukan dan perangsangan percabangan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penyanggulan, pengguguran daun, pengikatan batang,  pembuangan ujung tunas, pemenggalan ujung batang dan pengeratan batang. Cara yang dianjurkan adalah dengan penyanggulan.

9. Penanaman Tumpang  Sari
Tumpangsari bertujuan meningkatkan produktivitas lahan, mengurangi resiko rendahnya harga pada suatu komoditas, dan memberikan pendapatan pada masa sebelum produksi.

10. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan dan matang sadap. Pemberian pupuk sebaiknya dilakukan pada saat pergantian musim dari musim penghujan ke musim kemarau.
Rekomendasi umum pemupukan tanaman karet


1. Hama yang sering menyerang tanaman karet adalah;
> Serangga: rayap, uret tanah, kutu tanaman, dan tungau
> Siput
> Tikus
> Binatang menyusui: babi hutan, rusa, kera gajah dsb

2. Penyakit yang sering dijumpai adalah
> Penyakit akar: akar putih, akar merah
> Penyakit batang: jamur upas, kanker bercak, busuk pangkal batang
> Penyakit bidang sadap: kanker garis, mouldy rot, kering alur sadap
> Penyakit daun: penyakit embun tepung, colletotrichum, penyakit phytophthora, penyakit corynespora
Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan penanaman klon yang tahan terhadap penyakit, memberikan pupuk dan fungisida dengan dosis dan waktu yang tepat.

PENYADAPAN
1. Penentuan Matang Sadap
Dikatangan matang sadap jika lilit batang sudah mencapai 45 cm pada ketinggian 1 m, dan jumlah tanaman yang matang sadap 60% dari populasi. Penyadapan dapat dilakukan mulai dari ketinggian 130 cm diatas pertautan okulasi dengan sudut sadapan 30deg-40deg

2. Peralatan Sadap
Peralatan sadap terdiri dari Mal sadap, pisau sadap, Talang lateks, Mangkuk, Cincin mangkuk, Tali cincin, Meteran, Pisau mal, dan Quadri atau sigmat.

3. Penggambaran Bidang Sadap
Untuk menggambarkan bidang sadap digunakan mal sadap. langkah-langkah yang harus dilakukan adalah;
> Seng dipakai pada bagian ujung sebelah atas kayu dengan kemiringan 30-45 deg
> Kayu beserta keping seng diletakan pada batang pohon, ujung seng tidak diarahkan kesebelah kiri kayu.
> Tegakkan pangkal kayu tepat diatas tinggi rata-rata pertautan okulasi
> Keping seng dililitkan pada sebelah kiri batang pohon
> Buat garis mengikuti seng tersebut, irisan sadap dibuka mengikuti garis tersebut dengan panjang setengah lingkaran batang

4. Pelaksanaan Penyadapan
> Kedalam irisan 1-1.5 mm dari lapisan cambium kayu
> Tebal irisan kulit (konsumsi kulit) 1.5-2 mm
> Konsumsi kulit diberi patokan dengan membuat titik dengan cat putih atau goresan pada bagian bawah bidang sadap. Jarak antara 2 titik menunjukan batas konsumsi kulit per bulan yaitu 5 cm diatas pertautan okulasi.
> Waktu penyadapan pada pagi hari antara pukul 05.00 - 06.00 pagi, sedangkan pengumpulan lateksnya dilakukan antara pukul 08.00 - 10.00 pagi.

PRAKOAGULASI
1. Penyebab terjadinya prakoagulasi
Prakoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan yang menghasilkan lumps atau gumpalan pada cairan getah sadap. Prakoagulasi terjadi karena kemantapan bagian koloidal yang terkandung dalam lateks berkurang. Bagian-bagian kolidal ini kemudian menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang lebih besar dan membeku.

2. Tindakan Pencegahan Prakoagulasi
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah prakoagulasi adalah;
> Menjaga kebersihan alat yang dipakai
> Mencegah pengenceran lateks dari kebun dengan air kotor
> Memulai penyadapan pada pagi hari supaya bisa segera sampai pabrik pengolahan, sebelum udara panas

PENGOLAHAN KARET
1. Pengolahan karet sheet
pengolahan karet sheet adalah mengubah lateks segar menjadi lembaran-lembaran sheet melalui proses penyaringan, pengenceran, pembekuan, pengggilingan, dan pengasapan
2. Pengolahan Crepe
mengubah lateks segar melalui proses penyaringan, pengenceran, pembekuan, penggilingan dan pengeringan menjadi lembaran crepe.
3. Pengolahan karet Spesifikasi Teknis
lateks disaring dalam bak atau tangki sehingga terbentuk bongkahan atau koagulum kemudian dipotong-potong, dilakukan pembutiran dengan mesin pelletiser lalu dicuci dikeringkan dengan mesin dan ban berjalan. Hasilnya dikempa agar ukuran seragam kemudian dikemas dengan polyethylene.

Penyakit Tanaman Karet




Di Kalimantan Tengah, karet adalah komoditi ekspor yang cukup potensial. Menyadari akan hal itu, sudah sepantasnyalah untuk meningkatkan produktifitas usaha tani karet, utamanya di dalam bidang pengetahuan petani karet agar karet benar-benar dapat menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan. semoga bermanfaat

Penyakit yang sering muncul pada tanaman karet adalah
1.Penyakit daun (Helminthosporium)
Penyakit ini menyerang daun muda pada tanaman karet di waktu pembibitan. Daun menjadi cacat dan gugur, pucuk-pucuknya menjadi gundul.
Daun tua yang terserang menjadi berbercak-bercak coklat.
Pengendalian : mengelola tanaman secara tepat, agar tanaman tidak lemah. Selain itu perlunya memilih bibit karet yang sesuai dengan kondisi lingkungan, sehingga tidak timbul penyakit ini.
2.Penyakit embun tepung
Cendawan menyerang daun-daun muda, menyebabkan bintik-bintik putih pada daun. Apabila serangan berat maka seluruh permukaan daun akan tertutup oleh lapisan putih. Daun akan menjadi kering dan gugur.
Pengendalian : sama seperti cara pengendalian penyakit daun diatas.
3.Penyakit cendawan akar putih
Tanaman karet yang terserang penyakit ini di ketahui dari perubahan warna daun. Daun pohon yang terserang akkan menjadi layu, berwarna kuning dan akhirnya gugur. Bila tanaman yang terserang penyakit ini dibongkar, maka akan terlihat benang cendawan berwarna putih atau kekuning-kuningan pada akar.
Pengendalian : Pohon yang terserang di tebang, tunggul dan akarnya di bongkar dan dibakar.
4.Penyakit gugur daun
Menyerang daun muda dan daun tua, dimana terbentuk bercak hitam pada tulang daun dan urat daun. Pada perkembangannya, terbentuk bercak berbentuk bulat, warna kuning, dan daun gugur.
Pengendalian : penggunaan bibit yang tahan/sesuai dengan lingkungan penanaman. Selain itu perlu di lakukan pemupukan agar tanaman menjadi lebih tahan terhadap serangan penyakit.

Pemeliharaan Tanaman Karet



PEMELIHARAAN TANAMAN KARET (Hevea brassiliensis Muell. Arg.)

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia, karet merupakan salah satu hasil pertanian yang banyak menunjang perekonomian Negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar. Bahkan, Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal tanaman karet sendiri yaitu di daratan Amerika Selatan (Tim Penulis PS, 2008).
Karet merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, khususnya Brasil. Karenanya, nama ilmiahnya Herea brasiliensis. Sebelum dipopulerkan sebagai tanaman budidaya yang dikebunkan secara besar-besaran, penduduk asli Amerika Selatan, Afrika, dan Asia sebenarnya telah memanfaatkan beberapa jenis tanaman penghasilan getah (Setiawan dan Andoko, 2005).
Tanaman karet termasuk famili Euphorbiare atau tanaman getah-getahan. Dinamakan demikian karena golongan famili ini mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung getah (latek) dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman terlukai. Mengingat manfaat dan kegunaannya, tanaman ini digolongkan ke dalam tanaman industri (Syamsulbahri, 1996).
Sistem perkebunan karet muncul pada abad ke-19. Akan tetapi sistem perkebunan di Asia Tenggara tidak terjadi sebelum akhir abad ke-19, ketika permintaan menuntut perluasan sumber penawaran. Sistem diperkenalkan oleh beberapa ahli tumbuh-tumbuhan di inggris (http://www.icraf.org, 2010 ).
Karena lebih dari 80% dikelola oleh rakyat, perkebunan juga merupakan sumber mata pencaharian dan pendapatan sebagian besar penduduk Indonesia. Sebagai sumber pertumbuhan bahan baku industri, lapangan kerja, pendapatan, devisa, maupun pelestarian alamm, perkebunan masih akan tetap memegang peranan penting (BPPP, 1997).
Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan skarifikasi mekanik. Pre treatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio. Skarifikasi merupakan salah satu upaya ore trearment atau perawatan awal pada benih yang dutunjukan untuk mematahkan dormansi serta mempercepat perkembangan biji yang sergam (http://agrica.wordpress.com, 2010).
Ada 4 fungsi media tanam yang harus mendukung pertumbuhan tanaman yang baik, yaitu sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang tersedia bagi tanaman dapat melatukan pertukaran udara antar akar dari atmosfer di atas media dan berakhir harus dapat menyokong tanaman asal tidak kokoh (Nelson, 1981). Pada awalnya seluruh karet dikumpulkan dari tanaman liar, awalnya karet dari Brazil tetapi ada juga dari daerah lain dalam jumlah perbandingan yang kecil. Karena permintaan yang bertambah dan lebih cepat dibandingkan dengan persediaan yang ada dan harga yang melambung tinggi. Ini memungkinkan terjadinya pelanggaran terhadap pengelupasan benih dilanggar dan pohon karet pula diperkenalkan kepada kerajaan-kerajaan kolonial di bagian dunia lain (Schery, 1961).
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui Pemeliharaan Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.).
Kegunaan Percobaan
 Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Teknologi Budidaya Tanaman Perkebunan Universitas Sumatera Utara, Medan
 Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut http://www.plantamor.com (2010), karet dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliosida
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiareae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasililensis Muell. Arg
Tanaman karet berupa pohon, ketinggiannya dapat mencapai 30-40 meter. Sistem perakarannya padat/kompak, akar tunggangnya dapat menghunjam tanah hingga kedalaman 1-2 meter, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 meter (Syamsulbahri, 1996).
Tanaman karet berupa pohon yang tingginya bisa mencapai 25 meter dengan diameter batang cukup besar. Umumnya batang karet tumbuh lurus ke atas dengan percabangan dibagian atas. Dibatang inilah terkandung getah yang lebih terkenal dengan nama lateks (Setiawan dan Andoko, 2005).
Daun berselang-seling, tangkai daun panjang, 3 anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau dan berpanjang 3,5 – 30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong oblong (Sianturi, 2001).
Tanaman karet adalah tanaman berumah satu (monoecus). Pada satu tangkai bunga yang berbentuk bunga majemuk terdapat bunga betina dan bunga jantan (Setyamidjaja, 1999).
Buah karet dengan diameter 3-5 cm, terbentuk dari penyerbukan bunga karet dan memiliki pembagian ruangan yang jelas, biasanya 3-6 ruang. Setiap ruangan berbentuk setengah bola (Setiawan dan Andoko, 2005).
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tinga, kadang enam. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya cokelat kehitaman dengan bercak-bercak berpola khas (http://www.incraf.org, 2010).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman karet dapat tumbuh baik dan berproduksi tinggi pada kondisi iklim sebagai berikut, yaitu didataran rendah sampai dengan ketinggian 200 m diatas permukaan laut, suhu optimal 28 (http://www.pustaka_deptan.go.id, 2010).
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15 dan 15. Bila ditanam diluar zone tersebut, pertumbuhannya agak lambat, sehingga memulai produksinya pun lebih lambat (Setyamidjaja, 1999).
Vegetasi yang sesuai untuk kondisi lintang tersebut adalah hutan hujan tropis yang disertai dengan suhu panas dan kelembaban tinggi. Curah hujan rata-rata yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman karet adalah sekitar 2000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 100-150 hari (Syamsulbahri, 1996).
Tanah
Tanah yang dikehendaki adalah bersolom dalam, jeluk lapisan padas lebih darii 1 m, permukaan air tanah rendah yaitu 1 m. Sangat toleran terhadap keasaman tanah, dapat tumbuh pada hingga 8,0 (Sianturi, 2001).
Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah-tanah vulkanis muda ataupun vulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah gambut. Tanah-tanah vukanis umumnya memiliki sifat-sifat fisika yang cukup baik, terutama dari segi struktur, tekstur, solom, kedalaman air tanah, aerase, dan drainasenya (Setyamidjaja, 1999).
Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti tanah berpasir hingga laterit merah dan padsolik kuning, tanah abu gunung, tanah berilat serta tanah yang mengandung peat. Tampaknya tanaman karet tidak memerlukan kesuburan tanah yang khusus ataupun topografi tertentu (Syamsulbahri, 1996).
PEMELIHARAAN TANAMAN KARET( Hevea brassiliensis Muell. Arg.) TANAMAN MENGHASILKAN
Penyiangan
Penyiangan dalam budidaya karet bertujuan membebaskan tanaman karet dari gangguan gulam yang tumbuh di lahan. Karenaya, kegiatan pnyiangan sebenarnay bisa dilakukan setiap saat, yaitu ketika pertumbuhan gulma sudah mulai mengganggu perkembangan tanaman karet. Meskipun demikian, umumnya penyiangan dilakukan 3 kali dalam setahun untuk emnghemat tenaga dan bea ( Setiawan dan Andoko, 2005).
Lakukan penyiangan untuk menghindari persaingan tanaman didalam pengambilan unsur hara. Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang telah mati sampai dengan tanaman telah berumur 2 tahun pada saat musim penghujan. Tunas palsu harus dibuang selama 2 bulan pertama dengan rotasi 2 minggu sekali, sedangkan tunas lain dibuang sampai tanaman mencapai ketinggian 1,80 m. Setelah tanaman berumur 2-3 tahun, dengan ketinggian 3,5 m dan bila belum bercabang, perlu diadakan perangsangan dengan cara pengeratan batang, pembungkusan pucuk daun dan pemenggalan ( http:// Litbangdeptan.com, 2010).
Jenis-Jenis Hama dan Penyakit
Hama yang menyerang tanaman karet pada fase penanaman hingga produksi diantaranya:
 Rayap
Rayap yang menjadi hama tanaman karet, terutama spesies Microtermes inspiratus dan Captotermes curvignathus.
 Kutu
Kutu tanaman yang menjadi hama bagi tanaman bagi tanaman karet adalah Saissetia nigra, Laccifer greeni, Laccifer virgata, Ferrisiana virgata dan Planococcus citri yang masing-masing memiliki ciri yang berbeda.
 Tungau
Tungau yang menjadi hama bagi tanaman karet pada fase penanaman hingga produksi ini adalah Hemitarsonemus dengan warna pucat hingga hijau.
 Babi hutan
Babi hutan (Sus verrucosus) adalah hama bagi hampir semua tanaman perkebunan termasuk karet terutama yang ditanam dekat hutan.
 Rusa dan kijang
Rusa dan kijang menjadi hama bagi tanaman dengan cara memakan daun-daunya.
 Tapir
Sama dengan kijang tapir ( Tapirus indicus ) menjadi hama bagi tanaman karet juga dengan cara memakan daun tanaman muda.
 Tupai
Tupai menjadi hama karena mengerat batang tanaman karet dengan bentuk spiral.
 Gajah
Gajah ( Elephas maximus ) hanya menjadi hama yang diudsahakan di pulaau Sumatera, terutama jika areal tersebut berdekatan dengan hutan yang merupakn habitat hewan ini.
( Setiawan dan Andoko, 2005 ).
Penyakit adalah gangguan yang terus menerus pada tanaman yang disebabakan oleh patogen, virus, bakteri dan jasad renix lain.
Beberapa jenis yang cukup merugikan antara lain:
1. Penyakit Embun Tepung
2. Penyakit Daun Colletotrichum
3. Penyakit Kanker garis
4. Penyakit Jamur Upas.
5. Penyakit Bidang Sadapan
6. Penyakit Cendawan Akar putih
( Http ://budidayakaret.html, 2010 ).
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara rutin dengan memperhatikan tingkat serangan yang terjadi. Untuk mengetahui akan terjadinya serangan hama/penyakit sejak awal maka perlu dilakukan pengontrolan tanaman secara rutin (early warning system). Pada cara ini terdapat tim yang bertugas mengidentifikasi tingkat serangan dan tim pengendalian serangan hama/penyakit. Pengendalian hama pada umumnya dilakukan dengan cara menakut-nakuti, mencegah kehadiranya, menangkap dan meracuni. Pada tanaman menghasilkan lebih banyak mengalami serangan penyakit dari pada hama. Penyakit gugur daun yang menyerang daun muda (setelah gugur daun) sering dijumpai di lapangan jika kondisi iklim lembab. Pada tanaman yang disadap cukup berat juga sering dijumpai penyakit kekeringan alur sadap (http://binaukm.com, 2010).
Penyakit tanaman karet tanaman menghasilkan yang umum ditemukan pada perkebunan dan cara penegndalianya adalah :
 Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus)
Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus (Rigidoporus lignosus). Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat ke dalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati. Ada kalanya terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Pada perakaran tanaman sakit tampak benang‐benang jamur berwarna putih dan agak tebal (rizomorf). Jamur kadang‐kadang membentuk badan buah mirip topi berwarna jingga kekuning‐kuningan pada pangkal akar tanaman. Pada serangan berat, akar tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian tanaman sering merambat pada tanaman tetangganya. Penularan jamur biasanya berlangsung melalui kontak akar tanaman sehat ke tunggultunggul, sisa akar tanaman atau perakaran tanaman sakit. Penyakit akar putih sering dijumpai pada tanaman karet umur 1‐5 tahun terutama pada pertanaman yang bersemak, banyak tunggul atau sisa akar tanaman dan pada tanah gembur atau berpasir. Pengobatan tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan lanjut maka keberhasilan pengobatan hanya mencapai di bawah 80%. Cara penggunaan dan jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah :
 Pengolesan : Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.
 Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC,
 Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan Vectra 100 SC.
 Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP+
 Kekeringan Alur Sadap (Tapping Panel Dryness, Brown Bast)
Penyakit kekeringan alur sadap mengakibatkan kekeringan alur sadap sehingga tidak mengalirkan lateks, namun penyakit ini tidak mematikan tanaman. Penyakit ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu sering, terlebih jika disertai dengan penggunaan bahan perangsang lateks ethepon. Adanya kekeringan alur sadap mula‐mula ditandai dengan tidak mengalirnya lateks pada sebagian alur sadap. Kemu‐dian dalam beberapa minggu saja kese‐luruhan alur sadap ini kering tidak me‐ngeluarkan lateks. Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi cokelat karena pada bagian ini terbentuk gum (blendok). Kekeringan kulit tersebut dapat meluas ke kulit lainnya yang seumur, tetapi tidak meluas dari kulit perawan ke kulit pulihan atau sebaliknya. Gejala lain yang ditimbulkan penyakit ini adalah terjadinya pecah‐pecah pada kulit dan pembengkakan atau tonjolan pada batang tanaman. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan: Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian Ethepon terutama pada klon yang rentan terhadap kering alur sadap yaitu BPM 1, PB 235, PB 260, PB 330, PR 261 dan RRIC 100. Bila terjadi penurunan kadar karet kering yang terus menerus pada lateks yang dipungut serta peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur sadap sampai 10% pada seluruh areal, maka penyadapan diturunkan intensitasnya dari 1/2S d/2 menjadi 1/2S d/3 atau 1/2S d/4, dan penggunaan Ethepon dikurangi atau dihentikan untuk mencegah agar pohon‐pohon lainnya tidak mengalami kering alur sadap. Pengerokan kulit yang kering sampai batas 3‐4 mm dari kambium dengan memakai pisau sadap atau alat pengerok. Kulit yang dikerok dioles dengan bahan perangsang pertumbuhan kulit NoBB atau Antico F‐96 sekali satu bulan dengan 3 ulangan. Pengolesan NoBB harus diikuti dengan penyemprotan pestisida Matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk mencegah masuknya kumbang penggerek (Gambar 4.10). Penyadapan dapat dilanjutkan di bawah kulit yang kering atau di panel lainnya yang sehat dengan intensitas rendah (1/2S d/3 atau 1/2S d/4). Hindari penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap. Pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit (Anwar, 2001).
Gulma Tanaman Karet
Pada daerah barisan tanaman karet harus bebas dari gulma. Untuk itu digunakan pengendalian gulma secara kimia/herbisida. Pengendalian gulma dengan herbisida dilakukan 1 bulan sebelum pemberian pupuk agar pada saat pemupukan tanaman dapat menyerap pupuk secara optimal. Walaupun pada daerah gawangan terdapat gulma lunak tetapi tidak boleh tumbuh gulma berkayu seperti Melastoma malabatrichum (http://binaukm.com, 2010).
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dll. (Anwar, 2001).
Pemberantasan Gulma
Pengendalian gulma pada tanaman karet menghasilkan lebih diarahkan pada daerah 1 meter sebelah kiri dan kanan barisan tanaman karet, sedangkan gawangan karet tetap dapat ditumbuhi gulma lunak. sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Untuk mencapai hal tersebut, penyiangan pada tahun pertama dilakukan berdasarkan umur tanaman seperti berikut:
Tabel 1. Frekuensi Pengendalian Gulma dengan Herbisida berdasarkan Umur
Umur tanaman
(tahun) Kondisi tajuk Aplikasi Herbisida Lebar piringan/jalur
Frekuens Waktu
Tanaman Belum Menghasilkan:
2 ‐ 3 tahun
4 – 5 tahun
Tanaman menghasilkan:
6 – 8 tahun
9 – 15 tahun
>15 tahun
Belum menutup
Mulai menutup
Sudah menutup
Sudah menutup
Sudah menutup
3‐4 kali
2‐3 kali
2‐3 kali
2 kali
2 kali
Maret, Juni, September, Desember*)
Maret, September, Juni*)
Maret, September, Juni*)
Maret, September
Maret, September
1.5 – 2.0 m
1.5 – 2.0 m
2.0 – 3.0 m
2.0 – 3.0 m
2.0 – 3.0 m
( Anwar, 2001).
Pengendalian gulma ada beberapa cara, tergantung di mana pengendalian tersebut dilakukan. Pengendalian gulma di pembibitan berbeda dengan di areal kebun, baik untuk tanaman yang belum menghasilkan maupun tanaman yang sudah menghasilkan (Http://guulmakaret.html, diakses 23 September 2010).
Kerugian Hama dan Penyakit serta Gulma
Masalah gulma di perkebunan karet dianggap serius karena bisa mengakibatkan terjadinya persaingan dalam penyerapan unsur hara, air, cahaya, dan ruang tempat tumbuh. Di samping itu, juga ada beberapa jenis gulma yang bisa mengeluarkan zat penghambat pertumbuhan sehingga tanaman terhambat dan menjelang waktu penyadapan produksinya rendah. Gulma juga dapat menjadi tanaman inang (host plant) dari hama dan penyakit tanaman. Oleh karena itu, gulma harur diberantas. Pengendalian gulma harus dilakukan sejak tanaman masih di pembibitan. Hal ini dilakukan untuk menjaga pertumbuhan tanaman agar tetap baik. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cangkul, kored, dengan tangan, atau dengan bahan kimia (Http://guulmakaret.html, 2010).
Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian yang ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah‐langkah pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut perlu dilakukan. Lebih 25 jenis penyakit menimbulkan kerusakan di perkebunan karet. Penyakit tersebut dapat digolongkan berdasarkan nilai kerugian ekonomis yang ditimbulkannya ( Anwar, 2001).
PEMBAHASAN
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya. Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman.
Pengendalian gulma Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Lakukan penyiangan untuk menghindari persaingan tanaman didalam pengambilan unsur hara. Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang telah mati sampai dengan tanaman telah berumur 2 tahun pada saat musim penghujan. Tunas palsu harus dibuang selama 2 bulan pertama dengan rotasi 2 minggu sekali, sedangkan tunas lain dibuang sampai tanaman mencapai ketinggian 1,80 m. Setelah tanaman berumur 2-3 tahun, dengan ketinggian 3,5 m dan bila belum bercabang, perlu diadakan perangsangan dengan cara pengeratan batang, pembungkusan pucuk daun dan pemenggalan.
Hama-hama penting yang sering menyerang karet adalah:
a . Pseudococcus citri
Pengendaliannnya dengan menggunakan insektisida jenis
Metamidofos, dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 0,05 -0,1%.
b. Kutu Lak (Laeciper greeni)
Dapat diberantas dengan insektisida Albolinium (Konsentrasi 2%)
ditambah Surfactan citrowett 0,025%.
Penyakit-penyakit yang ditemui pada tanaman karet adalah: penyakit embun tepung, penyakit daun, penyakit jamur upas, penyakit cendawan akar putih-dan penyakit gugur dawn: Pencegahannya dengan menanam Klon yang sesuai dengan lingkungan dan lakukan pengelolaan , tanaman secara tepat dan teratur:
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Karet merupakan salah satu tanaman industri di Indonesia
2. Pemeliharaan karet TM merupakan hal yang sangat pokok untuk meningkatkan produksi
3. Pemeliharaan karet TM meliputi penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, pemeberantasan gulma.
4. Pengelolaan dan pemeliharaan karet harus dilakukan secra intensif dan efesien agar tidak menimbulkan kerugian ekonomis sehingga dapat berproduksi optimal
5. Masalah gulma di perkebunan karet dianggap serius karena bisa mengakibatkan terjadinya persaingan dalam penyerapan unsur hara, air, cahaya, dan ruang tempat tumbuh sedangakan penyakit karet dapat menimbulkan menurunya hasil produksi serta mematikan tanaman
6. Penyakit-penyakit yang ditemui pada tanaman karet adalah: penyakit embun tepung, penyakit daun, penyakit jamur upas, penyakit cendawan akar putih-dan penyakit gugur dawn
7. Pencegahan penyakit karet dengan menanam Klon yang sesuai dengan lingkungan dan lakukan pengelolaan , tanaman secara tepat dan teratur
8. Gulma tanaman karet seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dll, pengendalainya dapat dilakukan secara mekanis, amaupun kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C., 2001. Pusat penelitian karet, Mig Crop: Medan.
BPPP, 1997. 5 Tahun Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1992-1996. Departemen Pertanian, Jakarta.

Pembibitan Tanaman Karet

Pembibitan Tanaman Karet



Share
Karet adalah tanaman yang berasal dari negara Brazil dalam bahasa latin karet memiliki nama Havea Brasisilesnsis tetapi karet pada saat ini malahan dikuasai oleh negara di asia tenggara yaitu Indonesia dan Malasia.

Adapun cara penanaman tehns budidaya karet ini adalah sebagai berikut :

1. Pembibitan
a. Persemaian Perkecambahan
-  Benih disemai di bedengan dengan lebar 1-1,2 m, panjang sesuai tempat.
-  Di atas bedengan dihamparkan pasir halus setebal 5-7 cm.
-  Bedengan dinaungi jerami/daun-daun setinggi 1 m di sisi timur dan 80 cm di sisi Barat.
-  Benih direndam  selama 3-6 jam.
-  Kemudian Benih di semaikan di bedengan.
-  Jarak tanam benih 1-2 cm.
-  Siram benih secara teratur, dan benih yang normal akan berkecambah pada 10-14 hari setelah tanam
   dan selanjutnya  dipindahkan ke tempat persemaian bibit.

b. Persemaian Bibit
-  Tanah dicangkul sedalam 60-75 cm, lalu dihaluskan dan diratakan.
-  Buat bedengan setinggi 20 cm dan parit antar bedengan sedalam 50 cm.
-  Benih yang berkecambah ditanam dengan jarak 40x40x60 cm untuk okulasi coklat, dan 20x20x60
    untuk okulasi hijau.
-  Penyiraman dilakukan secara teratur
-  Pemupukan  PUPUK MAKRO : (diberikan 3 bulan sekali) GT 1 : 8 gr urea, 4 gr TSP, 2 gr KCl
    perpohon LCB 1320: 2,5 gr urea, 3 gr TSP, 2 gr KCl perpohon. POC NASA : 2-3 cc/lt air perbibit
    disiramkan 1-2 minggu sekali

2. Pembuatan Kebun Entres

-  Cara penanaman dan pemeliharaan seperti menanam bibit okulasi.
-  Bibit yang digunakan dapat berbentuk bibit stump atau bibit polybag.
-  Jarak tanam 1,0 m x 1,0 m.
-  Pemupukan : a.  PUPUK MAKRO : (diberikan 3 bulan sekali)
      b. Tahun I : 10 gr urea, 10 gr TSP, 10 gr KCl /pohon
      c. Tahun II : 15 gr urea, 15 gr TSP, 15 gr KCl /pohon

Read more: http://duniakebun.blogspot.com/2012/02/pembibitan-tanaman-karet.html#ixzz2NZyW9r2T

Pembibitan Tanaman Karet

BUDIDAYA KARET

Produktifitas Usahatani Karet
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi
cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki
prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet
terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya .

SYARAT TUMBUH

Tanaman karet dapat tumbuh baik dan berproduksi yang tinggi pada kondisi tanah
dan iklim sebagai berikut:
- Di dataran rendah sampai dengan ketinggian 200 m diatas permukaan laut,
suhu optimal 280 c.
- Jenis tanah mulai dari vulkanis muda, tua dan aluvial sampai tanah gambut
dengan drainase dan aerase yang baik, tidak tergenang air. pH tanah
bervariasi dari 3,0-8,0
- Curah hujan 2000 - 4000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 100 -150 hari.
Karet cukup baik dikembangankan di daerah lahan kering beriklim basah. Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komoditas lainnya, yaitu: dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, Mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis, Dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakannya, dan Memiliki prospek harga yang cukup baik, karena kebutuhan karet dunia semakin meningkat setelah China membuka pasar baru bagi karet Indonesia.
P E M B I B I T A N
Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara vegetatif yaitu dengan okulasi tanaman. Okulasi sebaiknya dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan dengan tahapan sbb:
- Buatlah jendela pada batang bawah dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar
1/2 - 3/4 cm.
- -Buatlah perisai pada entres dengan ukuran lebih kecil dari jendela dan mata
diambil dari ketiak daun.
- Bukalah jendela pada batang bawah kemudian selipkan perisai diantara kulit
jendela dan kambium
- Tutuplah kulit jendela kemudian dibalut dengan rafia atau pita plastik yang
tebalnya 0,04 mm.
- 2 minggu setelah penempelan, penbalut dibuka dan periksalah perisai.
- Potonglah batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempelan dengan
arah pemotongan miring.

Klon-klon yang dianjurkan sebagai bibit batang bawah adalah:
GTI, LCB 1320 dan PR 228.


PENANAMAN

Lahan/kebun diolah sebaik mungkin sebelumnya .
Lakukan pengairan untuk mengatur letak tanaman dalam barisan.
Luka potong akar tunggal dan akar lateral diolesi dengan pasta Rootone F
dosis 125 mg ditambah dengan air 0,5 ml untuk satu stump.
Pembungkus okulasi dilepas agar tidak mengganggu pertumbuhan dan bibit
siap ditanam.
PEMELIHARAAN

Lakukan penyiangan untuk menghindari persaingan tanaman didalam pengambilan unsur hara.

Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang telah mati sampai dengan tanaman telah berumur 2 tahun pada saat musim penghujan.
Tunas palsu harus dibuang selama 2 bulan pertama dengan rotasi 2 minggu
sekali, sedangkan tunas lain dibuang sampai tanaman mencapai ketinggian
1,80 m.

Setelah tanaman berumur 2-3 tahun, dengan ketinggian 3,5 m dan bila belum
bercabang, perlu diadakan perangsangan dengan cara pengeratan batang,
pembungkusan pucuk daun dan pemenggalan

Lakukan pemupukan secara intensif pada tanaman baik pada kebun
persemaian, kebun okulasi maupun kebun produksi, dengan menggunakan
pupuk urea, TSP, dan KCL. Dosis pupuk disesuaikan dengan keadaan/jenis
tanah.

Hama-hama penting yang sering menyerang karet adalah:
Pseudococcus citri
Pengendaliannnya dengan menggunakan insektisida jenis Metamidofos, dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 0,05 -0,1%.
Kutu Lak (Laeciper greeni) Dapat diberantas dengan insektisida Albolinium (Konsentrasi2%) ditambah Surfactan citrowett 0,025%.


Penyakit-penyakit yang ditemui pada tanaman karet adalah: penyakit embun
tepung, penyakit daun, penyakit jamur upas, penyakit cendawan akar
putih-dan penyakit gugur dawn: Pencegahannya dengan menanam Klon yang
sesuai dengan lingkungan dan lakukan pengelolaan , tanaman secara tepat
dan teratur:

PENYADAPAN

Penyadapan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 5-6 tahun. Tinggi bukaan
sadap pertama 130 cm dan bukaan sadap kedua 280 cm diatas pertautan okulasi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyadapan antara lain:
- Pembukaan bidang sadap dimulai dari kiri atas kekanan bawah, membentuk
sudut 300.
- Tebal irisan sadap dianjurkan 1,5 - 2 mm.
- Dalamnya irisan sadap 1-1,5 mm.
- Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00 - 7.30 pagi.
Inovasi teknologi tanaman pangan sebagai tanaman sela pada masa tanaman karet belum menghasilkan (TBM) dapat diterapkan. Pola tanam tanaman pangan disesuaikan dengan kondisi iklim atau curah hujan, yaitu padi - jagung – kedelai atau kacang tanah – kacang tunggak atau kacang uci. Tanaman pangan ditanam berjarak 1 m dari barisan karet, sedangkan tanaman karet ditanam dengan jarak 6 m x 3 m.
Manfaat inovasi ini adalah: bagi perkebunan rakyat, penerapan pola tanaman sela ini akan meningkatkan intensitas pemeliharaan kebun, Tanaman sela ditanam pada lahan gawangan sepanjang tahun, sehingga dapat pula berfungsi sebagai tanam penutup tanah untuk mengendalikan erosi dan pertumbuhan gulma, Memberikan pendapatan petani pada masa TBM, dan Memperbaiki struktur tanah.
Untuk mengoptimalkan pendapatan usaha perkebunan karet, telah ditemukan beberapa klon karet yang unggul dalam menghasilkan lateks dan kayu.
Klon IRR 5
Potensi keunggulan :
Pertumbuhan cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
Rata-rata produksi 1,8 ton/ha/tahun.
Lilit batang 51,7 cm pada umur 5 tahun.
Kadar karet kering (KKK) 34,5%.
Lateks sangat sesuai diolah menjadi SIR 3 WF, SIR 5 dan SIR 10.
Resisten terhadap gangguan penyakit gugur daun Colletotrichum dan Corynespora.
Pada daerah beriklim basah, klon IRR 5 digolongkan moderat terhadap gangguan penyakit cabang (jamur upas) dan mouldirot.
Klon IRR 42
Potensi keunggulan:
Pertumbuhan cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
Rata-rata produksi 5,68 kg/pohon/tahun.
Lilit batang 51,4 cm pada umur 5 tahun.
Resisten terhadap penyakit gugur daun Colletotrichum, Corynespora dan Oidium.
Kadar karet kering (KKK) 36,5%.
Lateks dapat diproses menjadi SIR-5.
Klon IRR 118
Potensi keunggulan:
Pertumbuhannya cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
Rata-rata produksi 2,1 ton/ha/tahun.
Lilit batang 48,9 cm pada umur 5 tahun.
Lateks dapat digunakan untuk produksi SIR 3 CV dan produk RSS, serta SIR 3L, SIR 5 dan SIR 10/20.
Cukup tahan terhadap penyakit Corynespora dan Colletotrichum.
Karet Busa Alam
Karet busa sintetis umumnya dibuat dari karet EVA/poliuretan karena ringan dan murah. Konsumsi busa sintetis di dalam negeri setiap tahun berkisar 19 juta lembar (Rp47 miliar), busa plastik 722.000 m2 (Rp665 juta), dan busa jok mobil 4.500 unit (Rp186 juta).
Proses produksi busa sintetis berisiko tinggi karena bahan bakunya (isosianat) beracun dan bersifat karsinogenik. Kondisi ini menyebabkan permintaan terhadap busa alam meningkat.
Busa alam lebih unggul dibanding busa sintetis dalam hal kenyamanan dan umur pakai. Untuk memberikan nilai kepegasan yang sama, busa alam hanya memerlukan ketebalan sepertiga dari busa sintetis.
Kelembagaan Industri Barang Jadi Karet
Berbagai produk karet keperluan umum telah mampu dihasilkan oleh industri berskala UKM atau perajin di perkotaan. Peralatan yang digunakan relatif sederhana sehingga produk yang dihasilkan umumnya bermutu kurang baik. Namun demikian pangsa pasarnya cukup besar yakni kalangan menengah ke bawah.
Dalam operasionalnya, perajin didukung oleh pihak penyedia kompon dan cetakan. Produksi biasanya berdasarkan pesanan dan produk dipasarkan oleh pihak lain (mediator atau pedagang antara). Barang jadi karet yang dihasilkan oleh UKM antara lain adalah sol sepatu, seal/gasket, onderdil mobil/ motor, serta asesori furnitur/ rumah tangga.
sumber : * Deptan disbun Sumsel/Litbang Deptan

BUDIDAYA KARET

Produktifitas Usahatani Karet
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi
cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki
prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet
terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya .

SYARAT TUMBUH

Tanaman karet dapat tumbuh baik dan berproduksi yang tinggi pada kondisi tanah
dan iklim sebagai berikut:
- Di dataran rendah sampai dengan ketinggian 200 m diatas permukaan laut,
suhu optimal 280 c.
- Jenis tanah mulai dari vulkanis muda, tua dan aluvial sampai tanah gambut
dengan drainase dan aerase yang baik, tidak tergenang air. pH tanah
bervariasi dari 3,0-8,0
- Curah hujan 2000 - 4000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 100 -150 hari.

Karet cukup baik dikembangankan di daerah lahan kering beriklim basah. Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komoditas lainnya, yaitu: dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, Mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis, Dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakannya, dan Memiliki prospek harga yang cukup baik, karena kebutuhan karet dunia semakin meningkat setelah China membuka pasar baru bagi karet Indonesia.
P E M B I B I T A N
Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara vegetatif yaitu dengan okulasi tanaman. Okulasi sebaiknya dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan dengan tahapan sbb:
- Buatlah jendela pada batang bawah dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar
1/2 - 3/4 cm.
- -Buatlah perisai pada entres dengan ukuran lebih kecil dari jendela dan mata
diambil dari ketiak daun.
- Bukalah jendela pada batang bawah kemudian selipkan perisai diantara kulit
jendela dan kambium
- Tutuplah kulit jendela kemudian dibalut dengan rafia atau pita plastik yang
tebalnya 0,04 mm.
- 2 minggu setelah penempelan, penbalut dibuka dan periksalah perisai.
- Potonglah batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempelan dengan
arah pemotongan miring.



Klon-klon yang dianjurkan sebagai bibit batang bawah adalah:
GTI, LCB 1320 dan PR 228.


PENANAMAN

Lahan/kebun diolah sebaik mungkin sebelumnya .
Lakukan pengairan untuk mengatur letak tanaman dalam barisan.
Luka potong akar tunggal dan akar lateral diolesi dengan pasta Rootone F
dosis 125 mg ditambah dengan air 0,5 ml untuk satu stump.
Pembungkus okulasi dilepas agar tidak mengganggu pertumbuhan dan bibit
siap ditanam.
PEMELIHARAAN

Lakukan penyiangan untuk menghindari persaingan tanaman didalam pengambilan unsur hara.

Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang telah mati sampai dengan tanaman telah berumur 2 tahun pada saat musim penghujan.
Tunas palsu harus dibuang selama 2 bulan pertama dengan rotasi 2 minggu
sekali, sedangkan tunas lain dibuang sampai tanaman mencapai ketinggian
1,80 m.

Setelah tanaman berumur 2-3 tahun, dengan ketinggian 3,5 m dan bila belum
bercabang, perlu diadakan perangsangan dengan cara pengeratan batang,
pembungkusan pucuk daun dan pemenggalan

Lakukan pemupukan secara intensif pada tanaman baik pada kebun
persemaian, kebun okulasi maupun kebun produksi, dengan menggunakan
pupuk urea, TSP, dan KCL. Dosis pupuk disesuaikan dengan keadaan/jenis
tanah.

Hama-hama penting yang sering menyerang karet adalah:
Pseudococcus citri
Pengendaliannnya dengan menggunakan insektisida jenis Metamidofos, dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 0,05 -0,1%.
Kutu Lak (Laeciper greeni) Dapat diberantas dengan insektisida Albolinium (Konsentrasi2%) ditambah Surfactan citrowett 0,025%.


Penyakit-penyakit yang ditemui pada tanaman karet adalah: penyakit embun
tepung, penyakit daun, penyakit jamur upas, penyakit cendawan akar
putih-dan penyakit gugur dawn: Pencegahannya dengan menanam Klon yang
sesuai dengan lingkungan dan lakukan pengelolaan , tanaman secara tepat
dan teratur:

PENYADAPAN

Penyadapan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 5-6 tahun. Tinggi bukaan
sadap pertama 130 cm dan bukaan sadap kedua 280 cm diatas pertautan okulasi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyadapan antara lain:
- Pembukaan bidang sadap dimulai dari kiri atas kekanan bawah, membentuk
sudut 300.
- Tebal irisan sadap dianjurkan 1,5 - 2 mm.
- Dalamnya irisan sadap 1-1,5 mm.
- Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00 - 7.30 pagi.
Inovasi teknologi tanaman pangan sebagai tanaman sela pada masa tanaman karet belum menghasilkan (TBM) dapat diterapkan. Pola tanam tanaman pangan disesuaikan dengan kondisi iklim atau curah hujan, yaitu padi - jagung – kedelai atau kacang tanah – kacang tunggak atau kacang uci. Tanaman pangan ditanam berjarak 1 m dari barisan karet, sedangkan tanaman karet ditanam dengan jarak 6 m x 3 m.
Manfaat inovasi ini adalah: bagi perkebunan rakyat, penerapan pola tanaman sela ini akan meningkatkan intensitas pemeliharaan kebun, Tanaman sela ditanam pada lahan gawangan sepanjang tahun, sehingga dapat pula berfungsi sebagai tanam penutup tanah untuk mengendalikan erosi dan pertumbuhan gulma, Memberikan pendapatan petani pada masa TBM, dan Memperbaiki struktur tanah.
Untuk mengoptimalkan pendapatan usaha perkebunan karet, telah ditemukan beberapa klon karet yang unggul dalam menghasilkan lateks dan kayu.
Klon IRR 5
Potensi keunggulan :
Pertumbuhan cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
Rata-rata produksi 1,8 ton/ha/tahun.
Lilit batang 51,7 cm pada umur 5 tahun.
Kadar karet kering (KKK) 34,5%.
Lateks sangat sesuai diolah menjadi SIR 3 WF, SIR 5 dan SIR 10.
Resisten terhadap gangguan penyakit gugur daun Colletotrichum dan Corynespora.
Pada daerah beriklim basah, klon IRR 5 digolongkan moderat terhadap gangguan penyakit cabang (jamur upas) dan mouldirot.
Klon IRR 42
Potensi keunggulan:
Pertumbuhan cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
Rata-rata produksi 5,68 kg/pohon/tahun.
Lilit batang 51,4 cm pada umur 5 tahun.
Resisten terhadap penyakit gugur daun Colletotrichum, Corynespora dan Oidium.
Kadar karet kering (KKK) 36,5%.
Lateks dapat diproses menjadi SIR-5.
Klon IRR 118
Potensi keunggulan:
Pertumbuhannya cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
Rata-rata produksi 2,1 ton/ha/tahun.
Lilit batang 48,9 cm pada umur 5 tahun.
Lateks dapat digunakan untuk produksi SIR 3 CV dan produk RSS, serta SIR 3L, SIR 5 dan SIR 10/20.
Cukup tahan terhadap penyakit Corynespora dan Colletotrichum.
Karet Busa Alam
Karet busa sintetis umumnya dibuat dari karet EVA/poliuretan karena ringan dan murah. Konsumsi busa sintetis di dalam negeri setiap tahun berkisar 19 juta lembar (Rp47 miliar), busa plastik 722.000 m2 (Rp665 juta), dan busa jok mobil 4.500 unit (Rp186 juta).
Proses produksi busa sintetis berisiko tinggi karena bahan bakunya (isosianat) beracun dan bersifat karsinogenik. Kondisi ini menyebabkan permintaan terhadap busa alam meningkat.
Busa alam lebih unggul dibanding busa sintetis dalam hal kenyamanan dan umur pakai. Untuk memberikan nilai kepegasan yang sama, busa alam hanya memerlukan ketebalan sepertiga dari busa sintetis.
Kelembagaan Industri Barang Jadi Karet
Berbagai produk karet keperluan umum telah mampu dihasilkan oleh industri berskala UKM atau perajin di perkotaan. Peralatan yang digunakan relatif sederhana sehingga produk yang dihasilkan umumnya bermutu kurang baik. Namun demikian pangsa pasarnya cukup besar yakni kalangan menengah ke bawah.
Dalam operasionalnya, perajin didukung oleh pihak penyedia kompon dan cetakan. Produksi biasanya berdasarkan pesanan dan produk dipasarkan oleh pihak lain (mediator atau pedagang antara). Barang jadi karet yang dihasilkan oleh UKM antara lain adalah sol sepatu, seal/gasket, onderdil mobil/ motor, serta asesori furnitur/ rumah tangga.
sumber : * Deptan disbun Sumsel/Litbang Deptan